Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sementara Semuanya...

31 Juli 2018   22:56 Diperbarui: 31 Juli 2018   23:13 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Susah sekali mencari puisi kali ini.

Sementara kota telah luntur setengahnya
dan nyala lampu jalan
kini menjadi kunang-kunang.

Di bawah lampu
kesendirian itu hanya berbicara
kepada bayangan.

Merayakan hujan turun
diam-diam.

Bagaimana pun dengan
kenangan, ingatan,
hal-hal gembira atau menyakitkan
apalagi kehadiran yang dimana-mana.

Mereka segera menyatu
pada gema lonceng, asap lokomotif atau senja
yang kelam,yang bertahun lama
digulung penantian. Berakhir bisu.

Adapun derak dermaga, deru ombak
dan bau laut adalah musik latar
bagi upacara penghapusan langkah
dari hari-hari panjang yang tak jua pulang.

Semuanya seperti akan
terpisah, berpisah, tak pernah berjumpa
tak bisa bersama.

Semua tidak lagi berkata-kata.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun