The Old Lady telah membuka pertandingan persahabatan di pembukaan pra-musim di tanah Amerika.
Anak asuhan Max Allegri memulai pembentukan tim tanpa beberapa anggota inti skuad, semisal Dybala, Khedira, dan Ronaldo--yang sudah menunjukan dirinya adalah penghasil uang jempolan--serta Matuidi dan Bentacur. Mereka masih menghabiskan jatah liburan paska-pildun Rusia.
Karena itu juga, yang sedang tampil di layar dari Lincoln Financial Field, Philadelphia barusan barulah sebuah kerangka. Kerangka yang sukses membungkam possession football ala Hollywood FC, Karena itu juga, tidak bisa dikomentari terlalu banyak.
Lebih-lebih, nekad mengomentari sistem bermain seperti apa yang akan digunakan Allegri mengingat keberadaan "mesin jet bermerek CR7" (atau, kau bisa bilang, yang terjadi adalah sebaliknya, Serie A menjadi kuburan bagi daya ledak CR7).
Singkat ceritanya, hanya bisa melihat bagaimana kinerja yang ditujukan kandidat penghuni skuad utama. Tiga nama yang saya maksud dalam kebutuhan ini adalah Mattia Perin, Emre Can, dan Joao Concelo.
Mari kita simak satu per satu.
Mattia Perin
"Donnarumma diuntungkan dengan bermain di Milan untuk menyalip Perin."
Matteo Roggi
Dalam catatan Whoscored.com, pemain yang datang bersamaan dengan perginya Super Buffon ke PSG telah menghabiskan 3330 menit bermain di Serie A. Pada tubuh yang bertinggi 188 centimeter, ada kekuatan menghentikan tembakan atau refleks, konsentrasi dan long pass yang menjadi ciri penjaga gawang modern.
Hingga menit ke-70, Mattia Perin menunjukan kekuatan ini dengan cukup baik.
Ia melakukan beberapa penyelamatan dari serangan yang dikreasi oleh Ribery. Termasuk melakukan umpan jauh yang tepat sasaran. Di belakang formasi empat back: Sandro-Chiellini-Rugani-De Sciglio alias kuartet yang sudah terbiasa bermain bersama, Perin memberi pesan bahwa dia datang untuk menulis sejarah.
Sesudah dirinya keluar, Bayern memang dengan intensitas menyerang yang lebih segar. Ada Coman dan Ruben yang bergerak di kanan dan kiri. Namun sistem bertahan yang khas Italia, dengan disiplin menciptakan ruang rapat di lini tengah membuat usaha ini seperti bertemu dinding kedap suara. Ponsiglio yang mengganti Perin tak banyak jungkir balik karenanya. Tidak seperti Perin.
Bukan meremehkan Wojciech Szczsny yang sukses sebagai pelapis Buffon di dua musim yang lewat, Perin adalah produk Italia.
Ia telah bermain untuk timnas sejak umur 17 tahun. Walau banyak menghabiskan sejarahnya dengan dipinjamkan, termasuk ke Padova yang merupakan klub King Alex sebelum ke Juventus, ia potensial menulis sejarah besar di Turin. Di pertandingan pembuka Juventus di International Champions Cup 2018, ia telah memberi isyarat tersebut.
Alasan lainnya adalah Gli Azzurri selalu menghasilkan kiper jempolan. Koentji terakhir yang membuat sistem bertahan mereka makin liat. Di Juventus sendiri, sejarah kiper adalah kisah tentang para legenda. Setidaknya, dalam riwayat itu ada Dino Zoff, Angelo Peruzzi, Edwin van der Sar, dan Gianluigi Buffon sendiri.
Perin sudah waktunya hadir untuk mengisi jejak yang ditinggalkan.
Emre Can
Pemain yang telah tampil 150 kali dengan koleksi 14 gol sejak datang ke Anfield (2014), juga tampil cukup baik walau tidak selama waktu bermain Perin. Sejauh melihat dari layar kaca INews, ia menunjukan karakter sebagai petarung lapangan tengah. Beberapa kali terlihat begitu disiplin menjaga kerapatan lini tengah, menemani Pjanic yang terlihat lebih ringan bekerja. Termasuk melakukan tackle dan membantu De Sciglio menutup ruang manuver Ribery.
Statistik di Whoscored.com, yang menyebut jika Can memiliki kekuatan pada tackle, passing, dan konsetrasi terkonfirmasi dalam penampilan perdana ini.
Dengan kata lain, ia seperti ini menunjukan jika sepak bola ala Juventus bukan masalah.
Pemain yang bisa bermain sebagai defensive midfielder maupun centre-back yang dilakoninya selama ini akan berkontribusi terhadap ambisi klub. Emre adalah orang yang menjadi poros dalam Gegenpressing-nya Klopp. Itu juga berarti dalam dirinya adalah tubuh yang terbiasa memainkan pressing ketat dan serangan balik cepat.
Kedatangan gelandang peraih "2016-17 Premier League Goal of the Season" sama artinya memberi pesan bahwa Khedira, Matuidi dan Bentacour harus menaikkan level bermainnya. Maka dari itu, komposisi lini tengah Nyonya Tua kini memiliki lebih banyak opsi.
Joao Concelo
Cancelo yang baru berumur 24 tahun ini dikontrak Juventus untuk lima musim. Dan, semoga juga dirinya bukanlah pertanda dari kesalahan Inter Milan kesekian karena tidak melihat bakat brilian Pirlo dulu. Anak muda yang sudah bermain 75 kali untuk negaranya di seluruh level yunior ini pernah dipinjam ke Inter. Namun klub yang masih sibuk mengurusi dirinya -- aha!-- sendiri ini tidak menggunakan opsi pembelian permanen.
Dimainkan bersisian dengan Alex Sandro di kiri, kita memang belum melihat banyak aksinya yang lincah dalam dribble atau crossing. Hal mana juga dipengaruhi oleh taktik meredam ball possession yang menjadi ciri tim Italia kala bertemu tim dengan karakter agresif (bukannya dengan jenis tim apa pun, tim Italia memang begitu? Hehe). Selain itu, posisi tradisional Concelo adalah right back.
Cancelo, sejauh memandang di layar kaca, berusaha memberi ciri dengan beberapa kali usaha menembus sisi kanan Muenchen.
Whoscored.com menyebut jika pemain berkebangsaan Portugal ini memiliki karakteristik sebagai bek modern. Ia suka sekali melakukan dribble dan umpan silang (crossing). Walau begitu, dalam dirinya ada karakter defensive contribution. Tapi pagi waktu Indonesia, kita melihat karakteristik ini menampakan dirinya. Ia cukup disiplin dalam instruksi menjaga kerapatan ruang.
Yang jelas, feeling akutu, Cancelo akan menjadi kombinasi yang bagus terhadap opsi menyerang Juventus. Ia bisa dimainkan juga sebagai penyerang sayap jika Allegri menggunakan 4-4-2. Ia adalah opsi yang menjaga keseimbangan dinamik tetap terpelihara dalam tubuh Nyonya Tua.
Di luar tiga nama baru ini, secara umum, persiapan Juventus dalam menyambut putaran musim depan selalu berada dalam keseimbangan tua-muda; usaha menjaga keseimbangan dinamik. Kita bisa melihatnya dari proyeksi transfer mereka. Ini trend yang positif dan terbukti menjaga superioritas mereka di kompetisi dometik.
Kedatangan mengejutkan Ronaldo memang memberi pesan tentang perebutan Champions League. Namun jangan dilupakan juga bahwa selain tiga nama baru berusia muda, ada anak-anak muda yang ikut dibawa. Kita bisa menyebut Favilli yang bikin dua gol pagi tadi dan Caldara, pemain belakang bertipe Chiellini yang memiliki prospek menjadi legenda baru pemain bertahan.
“Ini adalah tim yang memberikan saya sebuah kesempatan besar beberapa tahun lalu. Kembali ke Juventus selalu menyenangkan. Musim lalu saya sedikit kurang beruntung, tapi saya bekerja keras dan kini saya baik-baik saja serta siap untuk musim baru.” Demikian janji Favilli.
Favilli telah menampilkan ketenangan yang penting dalam mengeksekusi peluang. Sementara Caldara cukup baik dalam duet perdananya dengan Barzagli. Khusus terhadap Favilli, sudah saatnya Juventus memaksimalkan potensi anak muda produk dalam negeri sesudah era Delpiero yang Agung.
Favilli sudah mencuri perhatian sejak di kompetisi level Primavera musim 2015/16 dengan bikin 22 gol. Sementara Caldara sendiri adalah duet yang dibutuhkan Rugani, kombinasi yang akan mengambil tongkat estafet dari kolaborasi sepuh Barzagli-Chiellini.
Selebihnya, kita masih harus menanti Juventus menemukan bentuk terbaik bersama kedatangan mesin pembunuh super mahal bermerek CR7. Menunggu mereka membuktikan diri bahwa gerak outward looking sedang meniti jalannya.
Fino Alla Fine. Forza Juventus!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H