Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perihal Ziarah Sendiri

18 Juli 2018   21:35 Diperbarui: 18 Juli 2018   22:07 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: The UPwards Leader

Aku coba-coba bertamu ke riwayatmu untuk menemukan jalan kembali dari mengapa kesulitan melampaui nasib sendiri.

Tentu sesudah menziarahi hidupku sendiri, menemukan hari-hari kemarin yang menempel di jendela, almari, sabun mandi, pasta gigi dan paling sering, pada selembar catatan harian yang berkibar-kibar di langit kamar. Kemarin selalu mudah mengembalikanku pada tertawa, sedih, takjub, atau, malu, muak dan ingin berteriak kepada angin. Seperti anjing dalam sajak Jokpin. Seperti mereka yang selalu siaga atau malah tak berdaya di depan gelap dan sepi.

Bertamuku adalah kunjungan yang tidak akan mungkin kau tahu, apalagi ingin kau tahu.

Konon, kau terlalu menghargai waktu, buku serta saat-saat setenang batu di atas kloset, terlalu tinggi menjunjung laku menuju penemuan aku.

Seperti yang pernah ku dengar, seperti legenda yang berkembang kemana-mana, kau sengaja membiarkan ceritamu terbuka segala sisinya: peristiwa,  makna, dan tafsir-tafsirnya bergulung-gulung di depan lautan dan gelombang. Namun kau tidak menolak menjadi kapal, batu karang dan kata-kata yang merawat nostalgia akan sejenis masa.

Jadi aku kembali dari per-tamu-an untuk diriku sendiri dengan kepala yang kini menyala laksana lampu.

Ada yang seketika terang benderang dan menemuiku dari segala gelap. Semacam orang sakti yang salah satu episodenya, entah bagaimana, mengalami lupa ingatan karena kelebihan sorot kamera. Kemudian bermutasi menjadi manusia mabuk: menderita penyakit kelebihan bicara, kekurangan berkaca!

Aku masuk ke hidupku dengan mual yang hampir tiba di ujung kerongkongan. Sialan, aku bahkan tak lagi bisa memisahkan pikiran dari igauan!

Aku masih belum kembali; kesulitan menyelesaikan imajinasi yang harus dipecahkan tangan dan kaki sendiri. Tanpa pernah membutuhkan harus dimengerti.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun