Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Keseimbangan Dinamik dan Matinya "Jogo Bonito"

7 Juli 2018   12:06 Diperbarui: 10 Juli 2018   10:46 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Os ingleses o inventaram, os brasileiros o aperfeioaram (Inggris Menemukan Sepak Bola, Brasil yang Menyempurnakan)

Selalu saja ada yang mewakili keindahan sepak bola. Yang menyajikan pada kita pertunjukan seni mengolah si kulit bundar. 

Saya sendiri merasakan, dengan kesadaran yang langsung, itu sejak kemunculan Romario-Bebeto, Ronaldo, Ronaldinho, hingga Neymar "the Spaghetti Man"; Neymar yang bikin orang sekelas Cantona turut "kegatelan" hingga bikin video nyinyir. 

"Neymar, you are a great player....and great actor," katanya. Bangkee!

Saya menyaksikan keindahan Brasil selama kurang lebih 20 tahun. Akan tetapi, ini bukan tentang lama waktunya. Ini perkara KONSISTENSI dari penerapan falsafah Jogo Bonito. 

Dari wikipedia diceritakan jika Brasil memiliki capaian paling mengerikan jika tampil sebagai tim nasional. Untuk piala dunia saja, mereka paling depan dengan perolehan lima tropi (1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002). Termasuk paling banyak juara piala Konfederasi (4 kali). Brasil juga adalah negara pertama yang bisa juara piala dunia di "empat daratan berbeda": Eropa, Amerika Selatan, Amerika Utara serta Asia.

Sependek yang saya ingat, tim Samba pernah dikritik karena filosofi bertahan semasa dilatih Carlos Caetano Bledorn Verri. Familiar kita kenal sebagai Dunga. Semasa bermain, Dunga adalah gelandang bertahan (defensive midfielder) yang sezaman dengan Romario-Bebeto. Dunga adalah kapten tim Selecao kala mereka juara piala dunia 1994. Tapi ibarat sinetron televisi, ia hanyalah iklan.

Jogo Bonito Brasil tetaplah mazhab arusutama di negeri dimana pedagogi kritis dikembangkan Paulo Freire.

Kali ini, Brasil ingin sekali tidak mengulang kesalahan 4 tahun lalu. Sebagai tuan rumah, negara bermoto "Ordem e Progresso" pernah dibantai Jerman dengan skor 7:1. Dari rekaman video, kelihatan betapa Brasil tidak tahu cara bertahan dengan baik. babak pertama seperti neraka saja dimana Jerman sukses menyarangkan 5 gol.

Khusus untuk gol dari Kroos dan Khedira, yang lahir dari sentuhan satu-dua, terlihat sekali betapa kelabakannya laskar Jogo Bonito.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun