Pusat yang saya maksudkan adalah penonton awam harus mengikuti bagaimana dia menghubungan satu fakta dengan fakta yang lain atau melihat "tanda yang retak" dari konstruksi atas kesaksian tersangka ke dalam jejak kasus Kolonel Amstrong yang juga pernah meminta tolong kepadanya. Untuk masuk ke dalam peristiwa yang lebih luas dari hubungan antar fakta dalam kejadian dan kesaksian (alibi) para tersangka, Poirot selalu bertanya, "Dalam sebuah kasus kejahatan, siapakah yang (paling) mengambil untung?"
Ketiga, hubungan kejahatan, penalaran dan kedamaian hidup. Poirot akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa kasus Amstrong adalah simpul dari pembunuhan Cassetti. Dalam kabin yang kecil itu, di tengah malam dengan longsoran salju, sangat kecil kemungkinan si pembunuh bekerja sendiri. Selain itu, jejak tikaman ditubuh Cassetti yang tak rapi dan cenderung emosional adalah tanda bahwa si pembunuh bukanlah profesional.Â
Pertunjukan pembuktiannya di depan para tersangka yang duduk berjajar memaksa Caroline Hubbard, sang nenek mengakui jika dialah aktor intelektual. Caroline yang mengorganisir mereka semua, menyatukan rasa sakit dan dendam karena keadilan yang tak terpenuhi oleh institusi hukum.Â
Seorang dokter yang kehilangan karena kematian kolonel, sang pengasuh yang menyesal di malam Daisy terbunuh dia malah tertidur, seorang pria paruh baya yang harus menanggung dendam karena kekasihnya menjalani hukuman atas kejahatan yang tak diperbuat hingga seorang anak yang menyesali perbuatan ayahnya sebagai pengadil yang salah dalam proses pengadilan.Â
Mereka menjadi korban dari ketidakadilan dan hidup bersama dendam. Manusia dengan hidup yang tak pernah mendapati kedamaian.Â
Keempat, yang lebih tinggi dari kehebatan nalar dan penegakkan hukum. Riwayat hidup seluruh pelaku pembunuhan yang menyakitkan ini membuat Poirot memilih untuk memberi kesempatan bagi mereka. Kesempatan bertemu kedamaian sesudah rasa sakit dan dendam dipenuhi. Dengan kata lain, kejahatan tak selalu diproduksi oleh orang-orang dengan riwayat kejahatan hampir sepanjang hidupnya. Kejahatan terencana bisa lahir dari orang-orang baik karena kemalangan yang tak lagi mampu ditanggungnya.Â
Manusia-manusia seperti ini masih memiliki kesempatan untuk menemukan kedamaian di sisa hidupnya. Poirot sendiri, memiliki sisi hidup dimana ia akan terjatuh pada suasana hati yang melankolis ketika nalarnya menemui dinding buntu, di depan foto Katherine.Â
Jejak sepi yang tersembunyi di balik ketenarannya sebagai detektif yang memecahkan kasus kejahatan pelik dimana-mana. Citra metodis-logis Poirot menyembunyikan hidupnya yang sejujurnya bergulat mencari damai.
Dengan kata lain, ada kecemasan yang sama antara Poirot dengan para pembunuh itu. Kecemasan yang membuat ia memilih membebaskan mereka.Â
Kelima, catatan terakhir yang terbaca sumbang: sentralisme peran Poirot membuat akting Barnagh dominan dalam film berdurasi 114 menit. Akting Jhonny Deep, Penelope Cruz, Michelle Pfeiffer dan  Judi Dench tak cukup menyala. Eksplorasi karakter mereka tak terlalu berhasil menggambarkan bagaimana kesedihan membentuk jiwa-jiwa yang datang dengan balas dendam. Beberapa adegan yang berusaha merekonstruksi masa lalu mereka, di ruang rasa saya, tak terlalu menunjukkan tekanan rasa sakit, kehilangan dan dendam itu. Sama terjadi terhadap Cassetti sebagai penculik yang bengis.
Dengan kata lain, kerja investigatif Poirot dalam membongkar hubungan tragedi keluarga Amstrong dengan kerja kolaborasi para pembunuh tak terlalu mulus terbangun. Tragedi keluarga Amstrong sebagai background seperti muncul tiba-tiba.