Dalam hati saya, luar biasa si Mpus. Belajar drama dimana dia? Sekitar 20an menit nongkrong di dapur, dia kembali dengan wajah hampa. Melintasi saya yang masih duduk. Tanpa menyapa. Cieee, yang kecewaa.
Kejadian yang sama berulang kembali kemarin pagi. Persis seperti hari sebelumnya, dia memasang wajah memelas dan suara merengek sambil melangkah pelan-pelan menuju dapur. Saya tahu dia tak akan menemukan tikus yang menjengkelkan itu. Tikus pasti tahulah, di hari ketika penghungi rumah berjaga, hidupnya berada dalam pertaruhan mati.
Akhirnya, pagi ini, si Mpus datang dengan lakon drama yang sama. Saya sudah tidak ambil sikap. Dua hari lakon drama itu berhasil meloloskan dia. Hari ini, dia akan gagal hanya kalau saya menggunakan aksi represif: menangkap leher dan melepasnya di depan pintu. Lalu menungguinya. Tapi, saya tidak setega itu.....sama tikus saja saya rela dia mengacak-acak dapur yang isinya benda keras seperti piring dan cobekan batu.
Pagi ini, si Mpus keluar dengan wajah hampa sesudah lelah berjaga di sudut yang penuh tumpukan kertas. Tiga hari, hasilnya nol besar!
Saya sampai sekarang belum menemukan jawaban, dari mana dia belajar drama? Dan bagaimana dia mengetahui kalau sekeras-kerasnya melarang, saya tidak menggunakan kekerasan fisik kepadanya?Â
Maksud saya, jangan-jangan yang sedang dikondisikan itu saya. Si Mpus mah sudah lolos dari jebakan "mekanis dari stimulus-respon-nya Pavlov". Jangan-jangan lho. Jangan merasa paling berakal deh.
Selamat wiken aja ding. Tetap cinta kucing kampung, Men!
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H