Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

[Resensi Film] Concussion, Kisah Perlawanan Kebenaran Sains

21 Juni 2017   16:21 Diperbarui: 7 Juli 2017   13:52 6558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Bennet Omalu dan Will Smith | MarketWatch

Penemuan ini membawa Omalu, tentu saja, berhadapan dengan petinggi NFL termasuk kolaborator pengetahuannya--paramedis--yang menentang penemuan berbahaya. Berbahaya karena sindrom concussion yang diderita pemain NFL selama ini ditutupi oleh pernyataan dan laporan resmi otoritas yang mengelola. 

Omalu akhirnya ditentang. Risetnya dipandang tidak kompeten. Dan, karena itu, hanya menyebar kebohongan. Bahkan terancam tidak memiliki pekerjaan. Terlebih, ia kala itu belum memiliki status kewarganegaraan resmi. 

Omalu tentu tidak sendiri. Selain istrinya, salah seorang dokter yang setuju dengan penemuannya turut berkolaborasi dalam aksi perlawanan. Namun Omalu tidak cukup diberi ruang untuk berbicara hasil temuannya. Perkaranya, bukan saja membahayakan otoritas pengelola liga, ia dihambat oleh status imigran dan berkulit hitam. Ada "sentimen rasisme akademik" yang bekerja seolah saja olah sains hanya benar jika dikerjakan mereka yang berkulit putih.

Omalu memang tak sampai mengalami "politik kill the messenger" yang menimpa bosnya di rumah sakit ia bekerja. Namun jelas ia terguncang. Omalu sangat mencintai Amerika karena penghargaan terhadap sains dan Amerika ibarat surga dengan penghuninya adalah manusia-manusia terbaik. Ia merasa Amerika yang ideal itu "sedang dalam krisis".

Akhir kisah Concussion, salah satu figur penting NFL melakukan bunuh diri dan mewasiatkan otaknya disumbangkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Temuan Omalu terbukti valid dan berujung pada investigasi politik. Amerika Ideal yang dibayangkan Omalu sebagai rumah bagi penghargaan sains masih tegak. Omalu, di tahun 2015, menerima status kewarganegaraan.

Omalu, seorang dokter, imigran, kulit hitam, menunjukan cara mencintai Amerika dengan perlawanan lewat sains.

Di kepala saya yang gondrongnya masih tanggung, film ini menunjukan bagaimana "kebenaran sains" bertempur melawan "kebenaran industrial dan "kebenaran orang banyak". Film yang bukan saja menegaskan apa yang benar tak selalu populer dan yang populer tak mesti benar namun juga mengingatkan bahwa apa yang tampak populer dan benar selalu memiliki sistem kuasa yang mendukung dan merawatnya.

Penemuan CTE Omalu sempat diragukan bukan karena penemuan itu. Namun karena interes lain, seperti kuasa politik, ekonomi dan popularisme yang menjaga tegaknya superioritas industri olahraga. Superioritas yang di dalamnya sedang menyembunyikan bahaya dari akibat benturan keras namun dirayakan sebagai olahraga keras dan mengaduk adrenalin penggemar; sejenis keganjilan yang dirayakan.

Kisah seperti ini tentu bukan sesuatu yang baru atau khas sejarah Amerika. Sains yang menjadi saintisme pun bukan ihwal yang lepas dari sejarah krisis. Krisis yang bekerja sampai level peradaban, dimana kala positivisme dalam sains menjadi ukuran dari segala hal di kesadaran manusia modern akan kebenaran dan kemajuan.

Ada banyak riwayat bagaimana ilmu pengetahuan mendorong perubahan politik atau sebaliknya, direkayasa untuk membenarkan keputusan politik yang salah. Mungkin karena itu, kebenaran ilmiah tidak pernah bisa berdiri untuk dirinya sendiri. Selalu ada lingkungan "non saintifik" yang turut memengaruhinya atau "menggunakan legitimasinya".

Rasanya keyakinan seperti milik Omalu, selalu diuji oleh "kebenaran politik" yang menghendaki supremasi rasial ala politik Amerika kekinian. Atau jenis supremasi lain yang merasa sedang menggenggam penuh kebenaran dan mandat sejarah manusia lantas menggelorakan populisme. Supremasi yang menolak pencaharian kebenaran dengan metode lain di luar klaim dan prosedurnya, terlebih bila berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun