Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menulis Sesudah Kamu

30 Mei 2017   23:36 Diperbarui: 31 Mei 2017   00:26 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: The Odyssey Online

Betapa sengsaranya menulis sesudah kamu. Padahal--semestinya--ini hanya sebaris puisi, seperti kemarin. Seperti saat kau memuja bermanja di bahu
sedang di layar bioskop yang sesak dengan gemas, Cinta sedang gamang memilih masa lalu. Atau menjumpai masa depan tanpa Rangga.
Tapi itu kemarin. Ketika aku masih sebagai penenang hari-harimu yang semulia Ratu.

Betapa seharusnya menulis sesudah kamu. Sebab ini--selayaknya--tentang sebaris kalimat yang belum pernah ada. Kalimat dengan kehendak bebas,
 mencari pengertian penyabar rasa sakit, pewaras duka lara di musim tak ada lagi bioskop dan bahu yang menenangkan. Sedang Cinta dan Rangga tampak sebagai pura-pura yang buruk. Dan itu sekarang. Ketika aku hanya berjuang memenangkan asa dari jalan buntu.

Mungkinkah di kenanganmu, kita hanya selingan drama masyarakat yang tergesa-gesa? 

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun