Kepada perempuan yang menjadi Ibu.
Orang-orang mencumbui kopi serasa likat itu sendiri. Sebagai pikiran yang berjaga, jiwa-jiwa bergairah. Mata menyala bara, mulut dalam sesak kunyah cerita. Di kota-kota yang bengkak dari tangis kalah atau di pinggir malam warung singgah prostitusi dua belas ribu rupiah, sama kental lagi keras.
Orang-orang meratapi kopi selayaknya hitam itu sendiri. Menulis hari malang, hidup tak berbilang getir, tak berjumlah sedih. Tak tertampung derita, tak teramal petaka. Hanya riwayat gelap dan sesat atau seperti labirin dan komidi putar: kelelahan di pusaran.
Orang-orang menangisi kopi serasa telah pahit abadi. Dan ketika aku tenggelam ke mulut mereka, aku adalah tragis kematian tanpa penciptaan. Bayi yang diruwat aborsi.
2016
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H