[caption caption="metal heart | crumbledwings.deviantart.com"][/caption]Malam ini, saya tidak bekerja
hanya bercengkrama dengan puisi. Puisi yang memiliki sayap.
Dia mengajak perasaan terbang kesana kesini.
Sesekali hinggap pada teduh rindu,
dua kali terjerat getir jelata,
tiga kali dihimpit sesak ironi,
empat kali tertembak humor. Terbahak-bahak. Lalu lelah.
Sesudah lelah terbahak, puisi bertanya kepada saya: kau masih mau merelakan perasaanmu kubawa terbang?
Saya sudah lelah, besok saja. Besok malam kau kerja, kata puisi.
Saya memang harus kerja, tegas saya. Hidup saya berjalan, bukan terbang dan hinggap.
Puisi tidak lagi meminta. Mengepak sayapnya dan terbang kembali ke sangkar buku. Kembali kepada kertas kuning dan kusam yang tak pernah disetubuhi mata.
Saya kini sendiri di depan cermin
Menatap ke dalam mata yang kembali kering
Oh Tuhan, mata saya telah berwarna kuning dan kusam
seperti puisi yang kembali ke dalam halaman buku
tertimbun debu
Malam ini saya tidak bekerja. Saya juga ditinggal pulang puisi.
Jika malam ini saya mati, tolong bawakan puisi ke pusara saya setiap sepi
Â
[2016]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H