Hari Jumat, hari yang baik. Dan pada Jumat kali ini, saya mengalami lagi kebaikan itu.
Sungguh tak disangka, saya dipilih sebagai pemenang pada rangkaian perayaan ulang tahun perdana Rumpies The Club untuk kategori pekan pertama olah Flash Fiction (FF) 200 kata yang terinspirasi puisi. Tentu saja saya gembira karena baru kali ini menang lomba, juara utama, pada olah fiksi lagi, Alhamdulillah. Trims ya Admins RTC, apresiasinya sungguh saya hormati.
Sesungguhnya saya memang tidak sering ikut lomba atau sebenarnya tidak selalu suka berlomba tulisan. Pasalnya saya tidak nyaman menulis untuk target tertentu padahal justru bagus buat pengembangan ketrampilan menulis juga untuk menjadi cermin diri. Tapi, yang paling jujur alasannya sih, suer: gak PD karya saya layak dilombakan.
Yang mau saya perpanjanglebarkan bukanlah menang lombanya. Tapi proses menjumpai hakikat di balik mengikuti rangkain perayaan peringatan HUT RTC. Proses di balik mengerjakan karya, baik dalam wujud FF 200 kata atau juga menyusun puisi yang terinspirasi novel/film. Sebelumnya saya sudah menulis dua kenikmatan yang saya rasakan. Kali ini sekedar catatan tambahannya saja.
Saya berharap ini memang ada manfaatnya dituliskan sebab mengenang tulisan lama Abang Armand ketika setahun lalu ada ramai-ramai berbalas fiksi DesoL, Prof. Pebrianov juga Om Thomson Cyrus. Saya ingat Bang Dosmand mengatakan jika berbalas fiksi yang ramai itu adalah sebentuk proses saling membesarkan sesama Kompasianer. Dalam “berbalas fiksi yang liar itu”, Abang Dosman melihat energi positif yang bisa dikelola. Saya memang sering merasa Abang satu ini mampu menembus dunia batin di balik sebuah teks. Hormat!
Kali ini dalam rangkain perayaan HUT perdana RTC saya menangkap ada semangat yang sama. Semangat untuk saling membesarkan dalam kegembiraan merayakan kata membagi makna dalam olah fiksi. Membesarkan itu jangan dimaknai dengan menyebut S Aji pemenang utama kategori terinspirasi puisi maka saya menjadi lebih besar dari teman-teman K’ers yang tidak mendapatkan juara. Atau ramai-ramai olah fiksi ini dibaca negatif sebagai usaha membesarkan Rumpies The Club yang baru berusia setahun.
Saya kira tidak begitu. Dalam olah fiksi, kita tidak sedang berebut pengaruh dan menonjolkan nama besar. Biarlah itu menjadi perkara dalam kemaruk kusut politik saja. Yang semu seperti ini kalau dirayakan sejatinya sedang merayakan sesuatu yang infantile plus naif. Setuju ya.
Yang rasanya prinsipil dalam menulis bukanlah mencapai kebanggaan semu berjudul tebal pengaruh dan kemilau nama. Yang kiranya prinsipil adalah bergiat menulis untuk merawat akal-rasa berjaga dalam pesan-pesan tentang kebaikan hidup bersama karena pada dasarnya manusia diciptakan sebagai sebaik-baiknya penciptaan sebelum dunia fana mengotakkan dan membuatnya menjadi berbeda-beda.
Dari pada itu, apa pengalaman yang bisa digambarkan sebagai proses saling membesarkan non infantile?
Proses yang saya maksudkan adalah panggilan untuk terus belajar bersama. Panggilan belajar yang membawa petualangan diri mengenali keterbatasan sekaligus juga mengajak untuk melibatkan diri dalam pengalaman seru menulis. Saya merasakan rangkaian perayaan HUT ini telah memberi ruang untuk itu, termasuk juga tantangan 100 hari menulis novel yang diselenggarakan oleh Fiksiana Community. Nah, untuk menulis novel, saya sejujurnya belum memiliki stamina yang mampu.
Dalam pergulatan ide dan kata yang dipicu film atau novel ketika menyusun puisi, misalnya.