Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Saya, Yanto Basna dan Papua

25 Januari 2016   09:07 Diperbarui: 9 November 2019   09:57 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Aples memang memiliki ilmu bertahan gaya Italia karena pernah terlibat dalam proyek sejenis SAD di negeri Pizza bersama Chris Yarangga. Aples sudah lama pensiun, menjadi PNS dan juga menekuni karir sebagai pelatih.

Sesudah era Aples, saya tidak menemukan tipe karakter pada generasi pemain belakang yang menghadirkan ketenangan. Ketenangan khas sosok-sosok dari Tanah Papua khususnya. 

Kemunculan Yanto Basna yang masih sangat muda kembali membangkitkan kebanggaan dan harapan ia akan terus bersinar seperti atau bahkan melampaui Kaka Aples. 

Paling kurang, untuk saat sekarang, Yanto bisa menjadi contoh bahwa usia muda dalam sepakbola tidak otomatis temperamental dan ngawur. Yanto boleh juga menjadi role model untuk pemain muda yang berani mengambil pilihan dan menjalani konsekuensinya secara sungguh hati.

Setuju sama Paulo Coelho yang bilang jadilah berani, ambil resiko, sebab tidak ada yang bisa gantikan pengalaman.

Tentang keberanian memilih dan menjalani segala konsekuensi ini perlu juga dilihat dari karir Yanto. Sejak muda, ia memilh merantau ke Pulau Jawa dengan meniti ilmu bermain bola di SMA Ragunan. Saya jadi ingat, dahulu juga pernah berkeinginan yang seperti Yanto.

Di Papua, sepakbola mungkin telah menjadi “agama” seperti di Brazil.

Di setiap kompleks perumahan, jika ada tanah lapang, selalu ada orang bermain sepakbola. Bahkan jika itu harus dimainkan di halaman sekolah, tanah kering atau jalan aspal. Saya salah satu yang merasakan main bola di halaman sekolah, halaman masjid dan jalan aspal. 

Sepakbola adalah aktifitas wajib setiap sore, tidak peduli hujan atau panas, tidak peduli kena batang beluntas setiap pulang selepas magrib.

Hingga SMP, saya selalu gembira main sepakbola di halaman sekolah. Seringkali juga memilih bolos dari jam belajar dan mengikhlaskan diri kena hukuman. Yang penting main bola coi, apalagi jika cewek yang dinaksir juga menyaksikan, rasa-rasanya Maradona juga kalah, hakhakhak.

Kala itu, Elly Aiboi, eks pemain Tim Nas Baretti dan Tim Nas Senior juga legenda Semen Padang adalah kakak kelas beda SMP yang kala itu sedang bersinar. Ia pemain asal salah satu SMP di Hamadi, Jayapura Selatan, yang sangat bersinar dan paling dinantikan saat turnamen antar SMP yang dikenal Taboria Cup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun