Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Jangan Bingkai Aku

5 Januari 2016   08:42 Diperbarui: 5 Januari 2016   19:19 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1/
aku mungkin daun,
bila kau melihatnya dari hijauku,
aku bisa jadi akar,
jika kau melihatnya dari rekah tanah,
aku mungkin hutan,
andai kau melihatnya dari biru udara,
tapi, pernahkah kau ragu, sesungguhnya siapa aku di balik lukis keseimbangan itu?

2/
aku mungkin mata air,
bila kau melihatnya dari hulu mengalir
aku bisa jadi sungai,
bila kau melihatnya dari tepian darat,
aku barangkali muara,
andai kau melihatnya dari tubuh sungai
tapi, pernahkah kau ragu, sejatinya siapa aku di balik lukis keselarasan itu?

3/
aku mungkin pelangi,
bila kau melihatnya sesudah hujan,
aku bisa jadi terik mentari
bila kau melihatnya bersama haus dan keringat,
aku barangkali dingin penghujan,
andai kamu menyimaknya dari secangkir kopi di teras rumah
tapi, pernahkah kau ragu, siapa aku di balik lukis keserasian itu?

4/
Aku mungkin petani,
Bila kau melihat dengus kerbau dan petak hijau berlumpur,
Aku bisa jadi nelayan,
Bila kau melihat jala, layar dan ikan segar
Aku barangkali masyarakat,
Andai kau menelisiknya dari cerita perjuangan itu,
Tapi, pernahkah kau ragu, siapa aku di balik lukis hidup manusia berbudaya itu?

5/
aku mungkin sejarah,
bila kau membacanya dalam waktu,
aku bisa saja peristiwa
bila kau menyimaknya dalam berita,
aku barangkali Dunia Manusia,
andai kau menelisiknya dari gerak sejarah-pasang surut waktu,
tapi, pernahkah kau ragu, sebenarnya siapa aku di balik cara pandangmu itu?

4/
jangan bingkai aku,
jika baru daun, akar, dan hutan yang kau sibukkan, bukan keseimbangan
jangan bingkai aku,
jika baru mata air, sungai, muara yang kau debatkan, bukan keselarasan
jangan bingkai aku,
jika baru pelangi, terik dan hujan yang kau keluhkan, bukan keserasian,
jangan bingkai aku,
jika baru petani, nelayan, dan masyarakat yang kau cemaskan, bukan kemanusiaan,
Jangan bingkai aku,
jika sejarah, peristiwa dan dunia manusia yang kau dongengkan dari cara pandangmu

5/
jangan bingkai aku,
menuruti sembah nalarmu selalu
bersibuk menafsir penglihatan, bergembira merayakan permukaan,
pesta pora dalam kedangkalan, bersikukuh benar dalam kesemuan

6/
Jangan bingkai aku!
dalam lupa hakikat penciptaanmu

 

[2016]

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun