[caption caption="Kucing dalam Kandang/ dok.pri."][/caption]
Hai Manusiaaa!
Pikirmu hanya Tekukur atau Cucak Hijau yang sengsara di dalam sangkar?
Serupa lagu sedih ketidakbebasan yang mewah gaya Panbers itu :
Wahai kau burung dalam sangkar, sungguh nasibmu malang benar.
Atau serupa puisi tragis ketidakbebasan Mba Mike di Kompasiana :
Si Burung Biru melihat ke dalam dirinya sendiri, warna bulunya langsung meredup!
Itulah nyanyi sedih bin tragis dari ketidakbebasan burung yang kalian sangkar-sangkar dalam emas sekalipun!
Hai Manusiaaa!
Adakah burung-burung saja yang kau sangkar-sangkar dengan katanya kasih sayangmu itu?
Ooh, ooh, tidak, tidak, tidaaak!
Lihat aku, lihat aku. Lihat aku dan tragedi ketidakbebasan yang tumbuh dari kasih sayangmu yang sakit itu,
Aku juga disangkar-sangkar wooi!
Aku juga ditimangbelai serupa bayi kalian. Menjadi manja dan makan makanan pabrikan. Diberi kalung emas lambang beda kasta.
Aku juga dipandang-pandang seperti artis cantik dalam penjara!
Emang aku apaan??
Aku juga dibatas-batasi woi, dilarang-larang
Tidak boleh main di luar rumah, tidak boleh main di tanah, tidak boleh berburu, tidak boleh hidup dengan instingku!
Emang aku apaan?
Aku juga dijodoh-jodohin, dicari-cariin pasangan,
Biar keturunanku bisa naik kelas sedikit, masuk kasta blasteran gitu. Cuuuih!
Emang aku apaan?
Aku muak, asli muak, muaak!
Kok gak kamu saja yang makan makanan pabrikan itu?
Kok gak kamu saja yang hidup selalu dalam timangbelaian manja gak jelas?
Kok gak kamu saja yang diam di rumah sebab jijik pada tanah dan bau ari comberan?
Hai Manusiaaa!
Kok gak kamu saja yang dibuntingi kucing Anggora yang sok cool itu?
Aku sudah muak.
Aku mau jadi kucing kampung saja,
Keluar masuk selokan dan berburu tikus!