Selain itu, kulit buah Cempedak juga bukan sebatas makanan rumahan. Tak jarang, jika pada musimnya, ia juga disajikan dalam acara-acara resmi juga. Seperti yang saya nikmati ketika mengikut pertemuan Sosialisasi Penanganan Kebakaran Lahan Gambut berbasis masyarakat, di desa Mendawai sebulan yang lalu.
Bagi saya, menikmati kulit Cempedak goreng adalah juga mempelajari bagaimana alam dan manusia berkolaborasi. Alam telah memberi dan manusia tinggal mengolahnya. Dengan fungsinya sebagai lauk tadi, bisa jadi kulit Cempedak merupakan salah satu cara masyarakat mengisi keanekaragaman kulinernya melewati musim-musim yang berubah dan kadang tidak pasti. Satu perkara yang masih mengganjal di benak saya, seperti apa kandungan manfaat di kulitnya itu.
Yang jelas, cukup dengan kulit Cempedak goreng, kita bisa memulai hari tanpa harus banyak berkeluh kesah pada musim yang susah dan harga kebutuhan pokok yang menanjak. Memulai hari dengan mengolah apa yang alam telah berikan.
Salam.
------------------
Catatan : pada postingan sebelum ini, link tentang Cempedak yang saya kutip dari Wikipedia tidak termuat dalam halaman yang sudah terpublish. Saya kutipkan lagi tanpa mengubah susbtansi tulisan.
Link itu bisa dikunjungi di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H