Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Di Kopi Ayah

17 Februari 2016   14:35 Diperbarui: 17 Februari 2016   15:20 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di kopinya,
Ayah pernah menyeduh marah,
setiap pagi, berganti hari, begitu seterusnya,
marah yang sama,
marah yang kalah, kata Ibu

bertahun lalu,
sawah harapnya menurun,
luasan panen mimpinya menyusut,
jejak kakinya mulai lupa pada lumpur,
langkah kakinya lalu pendek sekali,
dari dapur ibu ke ruang tunggu lamunan,
sejak pagi hingga malam menggenang,
di teras rumah, di bawah genteng yang lepas

kesaksiannya berjungkir makna,
dari bunyi roda kayu dan dengus kerbau,
dalam musim-musim panen yang gembira
berganti jejak roda truck, dari bau solar knalpot pembangunan,
hilir mudik menginjak rasa kalahnya,pelan-pelan menimbun marah, marah yang setia

di kopinya,
ayah kini mulai ganti menyeduh darah,
darah yang kalah, meneguknya setiap senja, memaksanya terjaga sepanjang masa
kemudian, menyerah!

Setahun kemudian,
Di kopinya,
Ayah yang sudah menyerah
berganti Ibu yang marah,

di kopiku,
Ibu memilih menyeduh ayah,
ke dalam kopi yang ku minum selalu
ketika terik mengajak,
menghadang racun solar knalpot-knalpot pembangunan,

Di kopi ayah,
Aku menolak ramah!

 

[2016]

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun