Mohon tunggu...
Fikriyanti Nurul Hikmah
Fikriyanti Nurul Hikmah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Sekolah di Indonesia Sudah Siap untuk Luring?

31 Desember 2020   04:01 Diperbarui: 31 Desember 2020   04:02 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Melalui kanal YouTube KEMENDIKBUD RI, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bersama jajaran menteri lainnya mengumumkan bahwa pembelajaran tatap muka akan kembali berlangsung pada Januari 2021. Hal ini bukan tanpa alasan dan pertimbangan, sebagaimana yang Nadiem Makarim paparkan "Ada begitu banyak ancaman dari lamanya pembelajaran tanpa tatap muka, diantaranya siswa putus sekolah karena persepsi orangtua yang salah hingga mendorong anak untuk bekerja, tumbuh kembang anak yang memengaruhi capaian belajar, dan tekanan psikososial hingga kemungkinan terburuk yakni adanya insiden kekerasan dalam rumah tangga yang tidak terdeteksi." (20/12/2020).

Kemungkinan ancaman-ancaman di atas memanglah dirasa kuat dan sudah tepat sasaran. Namun kembali lagi ke pertanyaan apakah sekolah di Indonesia sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran secara luring atau tatap muka? 

Menilik kembali data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, di Indonesia sendiri terdapat kasus positif sebanyak 657.948 jiwa dalam kurun waktu hampir 10 bulan sejak kasus pertama pada awal bulan Maret diumumkan. Angka tersebut sudah termasuk hitungan kasus positif pertanggal 19 Desember 2020 dengan jumlah 7.751 jiwa. 

Angka yang tidak sedikit dan bisa menjadi kekhawatiran lainnya di masa depan, dimana terdapat pula ancaman-ancaman jika pembelajaran kembali dilaksanakan secara luring. 

Meskipun begitu sangat tepat juga Nadiem Makarim mengutarakan bahwa semua keputusan penyelenggaraan pembelajaran luring diserahkan kepada pemerintah daerah selaku pihak yang paling mengetahui, memahami kondisi dan kebutuhan serta kapasitas daerahnya.

Namun kiranya pemerintah daerah pun harus memutuskan penyelenggaraan kebijakan ini dengan sangat hati-hati dan mendetail serta tidak lupa untuk menyusun rencana alternatif. Terlebih sebelum tahun 2020 berganti menjadi tahun 2021, akan ada 2 perayaan penting yakni Hari Natal dan Tahun Baru yang bisa saja menjadi faktor utama terjadinya skenario terburuk dari kebijakan tersebut.

Hal-hal di atas dirasa sangat kompleks, dimana akan mempertaruhkan keberlangsungan masa depan para penerus bangsa. Namun jika kita semua sudah memiliki kesadaran untuk bekerjasama meringkankan pekerjaan para pahlawan medis dengan selalu menjaga diri sesuai protokol kesehatan dan mendukung seluruh kebijakan pemerintahan dalam menekan angka penyebaran Covid-19. Kita bisa berjalan beriringan secara perlahan menuju new normal era dan menyelamatkan masa depan generasi penerus bangsa. 

Dengan begitu pertanyaannya bukan lagi "apakah sekolah di Indonesia sudah siap untuk kembali luring?" tetapi "seberapa besar partisipasi kita untuk menekan angka penyebaran covid-19 dan menyelamatkan masa depan generasi penerus bangsa?".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun