ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA BEDAH DIGESTIF Â DI RSUD SERANG 2013
Tuti sulastri1 Eli amaliyah2 Erna Lestari3 Erna Umar4
Program Studi Diploma III Keperawatan Akper Pemkab Serang
ABSTRAK
Mobilisasi dini merupakan keniscayaan yang harus dilakukan pada pasien post operasi baik dengan anesthesia spinal maupun umum tidak dengan komplikasi. Mobilisasi post operasi memiliki tiga dimensi yang komplek.yang diharapkan membantu menstabilkan system tubuh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan motivasi melakukan mobilisasi dini berdasarkan usia, pendidikan , nyeri dan stress pasca bedah. Desain penelitian ini adalah diskriptif korelasional. Penelitian ini menggunakan 60 responden dengan metode menjawab kuesioner. Hasil yang diperoleh ada hubungan yang signifikan antara usia dengan motivasi (P=0.001 ; α = 0.05), jenis kelamin dengan motivasi (p : 0.001;α : 0.05), Pendidikan dengan motivasi (p : 0.001; α : 0.05), Persepsi nyeri dengan motivasi (p : 0.001; α : 0.05) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan stress pasca pemebdahan (p : 0.601; α : 0.05).Rekomendasi penelitian ini adalah Mengembangkan standar prosedur operasian yang baku tentang pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca bedah sesuai bukti hasil riset yang up to date.
Kata kunci : mobilisai rom dini, usia, pendidikan, nyeri , stress pasca bedah
PENDAHULUAN
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2000). Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan (Soelaiman, 2000). Ambulasi dini atau mobilisasi dini adalah meningkatkan atau berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki autonomi (atau voluntary fungsi tubuh selama tindakan atau pemulihan dari sakit atau injury) (Duchterman & Bulechek, 2004). Mobilisasi adalah aktivitas tiga dimensi yang kompleks yang melibatkan ekstremitas bawah, pelvis, batang tubuh dan ekstremitas atas (Waher, Salmond & Pellino, 2002).
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Serang didapat data dari rekam medik kasus operasi secara keseluruhan di tahun 2012 total 3949 pembedahan. Dari data tersebut 1254 kasus pembedahan umum dan 60 % nya adalah bedah digestif. Bedah umum menempati urutan pertama di RSUD Kabupaten Serang, yang terdiri dari bedah digestif, urologi dan bedah FAM. (Buku Profil RSUD Serang, 2013). Data kasus bedah dari bulan Januari sampai Oktober 2013 kurang lebih 1248 dan kurang lebih 55 % nya adalah kasus pembedahan digestif dan kasus terbanyak adalah apendiktomi. Dilihat dari data tersebut bedah digestif merupakan pembedahan yang banyak dilakukan dari pada tindakan pembedahan yang lain di RSUD Serang.
Mobilisasi dini pasca bedah digestif belum maksimal dilaksanakan. Beberapa faktor penyebab yang ditemukan dari hasil survei sementara di ruangan pada bulan Oktober 2013, dari hasil wawancara 10 pasien post operasi digestif (Apendik dan hernia) diperoleh 3 pasien melakukan mobilisasi dini sedangkan 7 pasien tidak cepat melakukan mobilisasi dengan alasan takut untuk bergerak dan sakit. Beberapa faktor yang ditemukan dari survey tersebut adalah nyeri, rasa takut jahitan robek dan juga pengalaman-pengalaman dari keluarga dan keyakinan pasien.
TINJAUAN TEORITIS
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2000). Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan (Soelaiman, 2000). Ambulasi dini atau mobilisasi dini adalah meningkatkan atau berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki autonomi (atau voluntary fungsi tubuh selama tindakan atau pemulihan dari sakit atau injury) (Duchterman & Bulechek, 2004). Mobilisasi adalah aktivitas tiga dimensi yang kompleks yang melibatkan ekstremitas bawah, pelvis, batang tubuh dan ekstremitas atas (Waher, Salmond & Pellino, 2002).
Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan ketahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi pasca bedah. Ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur - angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi. Menurut Craven & Hirnle (2009), Manfaat ambulasi dini adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (Deep Trombosis Venaprofunda/DVT), mengurangi komplikasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltik usus, mempercepat pemulihan pasien pasca operasi. Latihan pre operasi adalah meningkatkan kekuatan otot, mencegah kontraktur sehingga pasien sudah dipersiapkan sejak awal untuk melakukan ambulasi dini pasca operasi. (Black & Hawks,2009).
Menggerakan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi pasca operasi selain untuk untuk pemulihan fisik juga untuk mengurangi dampak negatif psikologis pasien. Mobilisasi ROM dini inipun bisa dilakukan sejak 2 jam setelah operasi, setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh pasien dapat digerakkan kembali setelah pembiusan (Gregson, 2007).
Menurut Brunner & Sudarth (2002), Range of Motion (ROM) adalah latihan yang dapat dilakukan oleh perawat, pasien dan anggota keluarga dengan menggerakkan tiap-tiap sendi secara penuh jika memungkinkan tanpa menyebabkan nyeri. ROM juga dapat didefinisikan gerak sendi untuk meningkatkan aliran darah perifer dan mencegah kekakuan otot atau sendi. Tujuannya adalah : memperbaiki dan mencegah kekakuan otot, memelihara dan meningkatkan fleksibilitas sendi, memperlancar peredaran darah, membantu pernapasan menjadi lebih kuat, memelihara meningkatkan pertumbuhan tulang serta mencegah kontraktur dan melatih atau ambulasi (Brunner & Suddarth, 2002). Latihan gerak sendi dapat segera dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot dan ketahanan otot (endurance) sehingga memperlancar aliran darah serta suplai oksigen untuk jaringan sehingga akan mempercepat proses penyembuhan. Ada enam (6) tipe dari gerakan sendi dasar (Waher,Salmond & Pellino, 2002) yaitu :
a. Fleksi dan Ekstensi.
b. Dorso fleksi dan Plantar fleksi.
c. Adduksi dan Abduksi.
d. Inversi dan Eversi.
e. Internal dan Eksternal rotasi.
f. Pronasi dan Supinasi .
g. Sirkumduksi untuk bahu
2.1.4 Manfaat mobilisasi Dini pada pasca bedah Digestif
Beberapa manfaat mobilisasi dini menurut Garrison (2004), antara lain sebagai berikut :
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar perdaran darah sehingga mempercepat penyembuhan
c. Membantu pernapasan menjadi lebih baik
d. Mempeertahankan tonus otot
e. Mengembalikan aktifitas tertentu sehingga pasien cepat kembali mampu memenuhi gerak hariannya dan membantun perawat pasien berinteraksi.
Beberapa literature juga menyebutkan manfaat mobilisasi dini adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah atau mengurangi komplikasi immobilisasi pasca bedah ( Craven dan Hirlen, 2009 ).
2.1 Faktor – Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini
Dalam pelaksanaan mobilisasi dini ada beberapa faktor yang mempengaruhi pasien dalam proses pelaksanaannya. Faktor tersebut antara lain :
Usia
Pengaruh usia sebenarnya lebih kepada bagaimana seseorang itu mampu terhadap adaptasi nyeri dan ditinjau dari segi kultural/budaya masing-masing orang. Pembagian usia dapat dikategorikan sebagai berikut, bayi (0-1 tahun). Toddler (1-3 tahun), Pra sekolah (3-6 tahun), Sekolah (6-12tahun), remaja (13-17 tahun), Dewasa muda (18-25 tahun) dewasa pertengahan (25-38 tahun) dan dewasa akhir (38 – 65 tahun). Pada Penelitian ini peneliti menggunakan batasan umur atau pengelompokan umur sesuai dengan usia yang ditemukan pada pasien. Rata-rata pasien ditemukan diatas dewasa muda.
Penilaian dan sikap akan berbeda sesuai dengan usia, usia yang lebih dewasa akan lebih mampu untuk beradaptasi terhadap nyeri dan akan melaporkan setelah terasa pathologis dan mengalami kerusakan fungsi. Orang yang usianya lebih dewasa atau sudah tua mempunyai kecenderungan memendam rasa nyeri dan cenderung takut bila diperiksakan. Sedangkan anak-anak cenderung takut untuk bergerak dan perespsi ini banyak dipengaruhi oleh orangtuanya (Kozier, 1998). Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian apakah usia juga menjadi salah satu faktor dalam melakukan mobilisasi dini, pada pasien-pasien post operasi degestif.