Hari ini dua peristiwa penting menjelang pilpres, yakni deklarasi PDIP, PKB dan Nasdem untuk memantapkan dukungan terhadap Jokowi sebagai calon presiden. Deklarasi yang dilaksanakan di markas DPP PDIP semakin mengokohkan Jokowi sebagai kandidat kuat pemenang pilpres mendatang. Dukungan relawan di berbagai daerah, serta blusukan Jokowi meraih simpati publik ke beberpaa kantong kantong pemenangan PDIP ikut memuluskan pencitraan yang dibangun. Jangan lupakan dukungan media tv yang di backup sepenuhnya oleh jaringan media Surya Paloh, ketua umum Partai Nasdem.
Tak ketinggalan dengan apa yang terjadi di Lenteng Agung, hari ini ketua umum Partai Demokrat SBY bertemu dengan ketua umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dikediaman Presiden. Pertemuan ini bukan dalam rangka ARB sebagai pejabat negara, tetapi ini adalah pertemuan politik menuju koalisi. Manuver Golkar selama ini selalu membuat kejutan. Mengapa kejutan? Kedekatannya dengan Prabowo beberapa waktu yang lalu, ikut membuat spekulasi koalisi antara Golkar dan Gerindra. Manuver berikutnya adalah pertemuan ARB dengan Jokowi, spekulasi yang terbangun bahwa Golkar ingin memberikan dukungan ke Jokowi karena faktor JK.
Namun semua pertemuan yang dilakukan Golkar hanyalah silahturahmi politik ARB yang dalam bahasa militernya sedang mengintai kekuatan lawan. Dan Golkar memang benar benar tidak berkoalisi dengan kedua kandidat capres yanga ada, buktinya logo pohon beringin tak ada di markas DPP PDIP ketika deklarasi berlangsung siang tadi. Akhirnya spekulasi itu terjawab sudah dengan kunjungan ARB menemui SBY, sudah bisa dipastikan Golkar akan berkoalisi dengan Partai Demokrat.
Berkoalisinya Golkar dan Demokrat bisa menjadi alternatif pilihan rakyat, apalagi nama calon presiden yang akan di usung kedunya bukanlah tokoh baru, tetapi tokoh nasional yang sudah punya reputasi, yakni Sri Sultan Hamengkubowono X. Sultan bukan nama baru dalam kancah perpolitikan nasional, Sultan pernah masuk sebagai bursa calon presiden diperiode sebelumnya. Tokoh reformis ini sangat delat dengan semua tokoh politik, beliau tak punya cacat hukum dan kiprahnya bersama alm Gusdur, Megawati Soekarnoputri, Amien Rais dalam mengawal reformasi di Ciganjur sangat diapresiasi.
Sultan masih termasuk kader Golkar sebelum bergabung dengan Nasdem sebelum menjadi partai, yang akhirnya membuat dia harus keluar dari Nasdem karena perbedaan prinsip. Karakter Sultan yang santun dan tenang bisa menjadi modal menembus elektabilitas Jokowi dan Prabowo. Nama besar ayahandanya Sri Sultan Hamengkubowono IX tak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah bangsa ini. Bahkan Ayah Megawati, Soekarno banyak beterima kasih terhadap Sultan IX karena jasa jasa beliau dalam merebut kedaulatan bangsa ini.
Demokrat sangat tahu diri, ketika sinyal koalisinya ditolak oleh PDIP dan Megawati Soekarno Putri, sikap akurapopo SBY tercermin dengan tidak ngototnya beliau membuat manuver koalisi, SBY tetap sabar menunggu hasil konvensi yang akan diumumkan besok 15 Mei 2014. Apalagi Golkar menyambut gayung yang dilontarkan Demokrat, tentu akan semakin mantap jika Hanura, PBB dan PKPI ikut bergabung. Kekuatan media ARB dan Hary Tanoe sudah cukup kuat untuk mendukung dari sisi iklan dan pencitraan di media elektronik.
Kekuatan poros Golkar dan Demokrat akan semakin kuat jika Sri Sultan dipasangkan dengan Dahlan Iskan atau Gita Wirjawan. Dahlan Iskan adalah raja media, jaringan Jawa Pos dan anak perusahaannya menembus daerah daerah kecil di nusantara. Tidak ada kata terlambat buat koalisi permanen Golkar dan Demokrat. Jika Jokowi dan Prabowo telah berlari jauh dalam melakukan start kampanye, Demokrat dan Golkar bisa memulainya dengan sebuah deklarasi. Sekali lagi SBY menjadi penentu dan memperlihatkan strategi politiknya, beliau tak mau terjebak dalam dikotomi Jokowi dan Prabowo. Bahkan beliau dengan santun memuji keduanya sebagai capres yang paling siap. SBY pun menerima keduanya di istana presiden dengan hangat tanpa ada rasa persaingan. Suatu sikap seorang negarawan.
Akhirnya pilpres mendatang akan penuh warna dengan hadirnya Sri Sultan diantara Prabowo dan Jokowi. Masihkah analisa satu putaran akan terbukti ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H