Mohon tunggu...
Alisia Larasati
Alisia Larasati Mohon Tunggu... -

writer, like futurolog, like Freedom, anti koruptor ... Senang membangunkan Serigala yang sedang tidur, Follow my twiiter @tutihand_

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP, Ngaku Partai Oposisi, Indeks Korupsi Paling Tinggi...

4 Februari 2014   22:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:09 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gbr : http://thewhynotcorner.blogspot.com Data mengenai politisi yang telah dipidana korupsi (perkaranya sudah diputus oleh hakim tipikor) baik di pusat maupun di daerah (DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kab/Kota) sejauh ini yang tersedia adalah sebagaimana tersaji berikut ini (data sampai akhir tahun 2013) :

sumber gbr : http://thewhynotcorner.blogspot.com

PDIP yang kita kenal sebagai partai oposisi, partai yang identik dengan partai rakyat atau pro wong cilik ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Partai yang seharusnya membela kepentingan rakyat dan anti korupsi justru menjadi partai paling korup. Sangat unik, PDIP yang dalam 2 periode pemerintahan menjadi partai oposisi justru merajai Korupsi di negeri ini.. Unik sekali. Dari hasil survey didapatkan Indeks koruspsi PDIP mencapai 5,75 dengan jumlah koruptor 84 orang. Bisa dilihat, baik dari data kuantitatif maupun kualitatif, PDIP ada diperingkat teratas. Baik index korupsi maupun jumlah koruptornya. Jadi semakin tinggi index korupsinya, artinya semakin tidak amanah terhadap rakyat dalam kasus-kasus terkait korupsi. Bagaimana bisa PDIP menclaim dirinya partai oposisi, partai pro rakyat kalau ternyata berdasarkan indeks korupsi PDIP lah sebagai partai terkorup. Ini kan sama saja membohongi rakyat dengan slogan pro rakyat.

PDIP tidak memberikan pelajaran politik yang baik terhdap konsitusinya. Politisi dari partai-partai Orba sepertinya belum bertobat dari korupsi, bahkan kemudian mengajak dan mengajari "adik-adiknya" dari partai Reformasi untuk turut korupsi. Ingat, korupsi dalam banyak model harus dilakukan secara "berjamaah" supaya lebih aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun