Melihat Ibu Risma (walikota surabaya) menangis di acara mata najwa, sisi sisi kemanusiaannya mucul. Menangis untuk mengungkapkan semua artikulasi perasaan kita akibat sesuatu adalah hal manusiawi. Tetapi bagi saya pribadi, tangisan Ibu risma agak sedikit 'lebay'. Mencurahkan semua perasaannya sebagai Walikota Surabaya, apakah pantas di program Mata Najwa ? Bukankah sebaiknya itu disampaikannya ketika membaca laporan pertanggung jawaba di depan DPRD ?
Menjadi seorang pejabat publik, tentu pilihan buat Ibu Risma, termasuk resiko siap dikritik ketika kebijakannya tidak populer. Siapa yang tidak mengenal sosok Ibu risma, kesederhanaannya dan apa adanya membawanya menjadi orang nomor satu di Kota Surabaya. Banyak sudah kebijakannya yang tadinya dicibir akhirnya bebruah manis menjadi penghargaan. Salah satunya adalah membangun taman taman kota yang asri dan sejuk. bagi saya ini wajar karena beliau lama menjabat Sebagai Kadi pertamanan kota Surabaya. Mandat partai pengusungnya PDIP dijalannkannya dengan sebaik baiknya.
Namun seiring berjalannya waktu, sorotan terhdap walikota Surabaya kembali hangat ditengah kontroversinya yang akan mundur. Pejabat yang mundur di negeri ini bisa dihitung jari apapun alasannya. isu yang beredar adalah ketidak cocokan beliau dengan wakil walikota. Padahal wakil walikota ini adalah rekan sejawatnya di PDIP. Sebagai pemimpin Kota besar, sangat disayangkan jika pernyataan mundur itu akan terbukti hanya karena alasan sepele. Jika Ibu Risma bisa sedikit bersabar dan Bijak, wakil walikota ini adalah partner dia dalam menjalankan pemerintahan, dialog dialog empat mata seharusnya intens terjadi. Apalagi dalam pernyataan Ibu Risma di mata najwa yang mengatakan bahwa dia sudah memberikan seluruh kemampuannya pada kota surabaya. Ini kan pernyataan yang sedikit arogan, buat apa mengatakan pamrih atas kerja kita, biarkan publik yang menilai. Seorang pemimpin yang baik tidaklah elok menarik simpati dengan berkeluh kesah disebuah acara non formal apalagi harus bersimbah air mata. Justru seharusnya Ibu Risma harus membangun optimisme untuk mengikis gesekan gesekan yang ada diinternal pemerintahan.