Mohon tunggu...
Alisia Larasati
Alisia Larasati Mohon Tunggu... -

writer, like futurolog, like Freedom, anti koruptor ... Senang membangunkan Serigala yang sedang tidur, Follow my twiiter @tutihand_

Selanjutnya

Tutup

Politik

4 Capres dan Masa Indah Golkar

26 Maret 2014   21:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:25 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

www.skyscrapercity.com

Pemilihan presiden masih menyisakan 4 bulan lagi, tapi pertarungan para kandidat calon presiden sudah dimulai ketika kampanye pemilihan legislatif. Para calon presiden menjadi jurkam mewakili partainya masing masing. Mulai dari presiden yang sudah gagal 2 x, sampai kepada calon presiden yang tidak mungkin menang masih ikut berpartisipasi sebagai 'kuda hitam' dipemilu kali ini.

Yang menarik adalah keempat calon presiden yang akan maju dalam pemilihan presiden tahun ini pernah berasal dari partai yang sama, masing masing Abu rizal bakrie, Prabowo Subianto, Wiranto dan Surya Paloh. Mereka pernah lahir dari rahim yang sama yakni partai Golkar, besar dan didik dari Guru besar Golkar alm Soeharto. Suka duka politik pernah mereka lalui bareng, dan sekarang mereka harus berlawanan dalam gerakan politik.

Wiranto saat ini menjadi calon presiden dari Partai hanura, dan menggandeng 'Raja Media' Hary tanoe. Iklannya di media MNC Group jor joran, mengisi semua program program acara favorit di jaringan media tersebut. Elektabilitas Wiranto bersama kendaraan politiknya pun terbilang konstan. Tidak adan manuver politik saat ini yang mencoreng nama Wiranto, kecuali 'dosa politik' di masa lalau yang bersinggungan dengan HAM.

Prabowo Subianto, dewan penasehat Partai Gerindra, nama Prabowo menjadi tandingan Jokowi dibeberapa Survey. Sebagai 'alumni' Sekolah yang bernama Golkar, sikap Prabowo masih menunjukkan karakter karakter orde baru, ini yang tak bisa dihilangkan Prabowo. Dia tidak didukung oleh media yang kuat, tetapi dukungan dana kampanye Prabowo lumayan besar yakni sekitar 305,6 miliar. Karakternya yang keras serta keterkaitannya dengan kasus tragedi mei di semanggi I dan II, bisa menjadi batu sandungan untuk menjadi orang nomor satu di republik ini.

Aburizal Bakrie, masih termasuk kader Golkar yang setia untuk saat ini. Dia tidak mengikuti langkah Prabowo, Wiranto dan Surya Paloh hengkang dari pohon beringin dan membuat partai baru. Sebagai orang yang sudah lama makan asam garam di Golkar, perjalanan politik Aburizal sebenarnya biasa biasa saja. Tak punya power dan kharisma, menjadi kelemahan ARB, karena naiknya ARB di pemilihan ketua umum Golkar sarat dengan money politik. Mempunyai jaringan media Vivanews Gorup, membuat ARB cukup pede melangkah sebagai calon presiden. Kasus Lumpur lapindo dan videonya bersama marzella di kepulauan maldiv tentu menjadi poin negatif buat ical.

Dan yang terakhir adalah Surya paloh. ketua umum Partai Nasdem ini mempunyai darah Golkar, dibesarkan dalam pengkaderan Golkar tentu menjadi kebanggaan buat Paloh. tetapi seiring perjalanan waktu, Surya Paloh akhirnya mendeklarasikan partai Nasdem yang sebelumnya menjadi ormas. Dengan slogan Restorasinya, Surya paloh berhasil membuat cabang cang di seluruh daerah. Punya keinginan kuat memimpin negeri ini, tetapi sampai saat ini tidak punya keberanian mendeklarasikan dirinya. Sepertinya Surya paloh agak tahu diri dengan kemungkinannya yang tak mungkin menang melawan prabowo, wiranot dan jokowi. Mempunyai jaringan media metro dan media indonesia, Surya paloh sebenarnya berpeluang untuk maju, sayang mental juara tak dimilikinya.

Reuni politik alumni Golkar ini semakin meligitimasi bahwa mereka sebenarnya tak betah berpayung sama di golkar, merasa dikebiri hak hak politiknya di Golkar, akhirnya 3 dari tokoh diatas akhirnya membuat partai baru. Masa masa indah keempatnya adalah cerita masa lalu, pernah memakai baju dan rumah yang sama. Alumni alumni yang kini tersebar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun