Mohon tunggu...
Tuti Afriani
Tuti Afriani Mohon Tunggu... -

Mahasiswa magister FIK UI

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Faktor Penentu Penerimaan dan Integrasi System Informasi Monitoring Pasien Jarak Jauh Pada Home Health Care

31 Desember 2014   15:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:07 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

1. Pendahuluan

Saat ini, Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah menjadi kebutuhan dasar bagi setiap perusahaan termasuk  industri kesehatan. Teknologi informasi telah menjadi alat bantu utama dalam memenuhi ekspektasi kepuasan pelanggan dan pemberi pelayanan keeehatan. Makin banyaknya jumlah pasien, tugas-tugas administrasi dan ketergantunan pasien terhadap pemberi jasa pelayanan menimbulkan frustasi bagi pemberi pelayanan kesehatan sementara disisi lain pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang singkat dan interaksi mereka dengan pemberi pelayanan kesehatan. Melalui integrasi TIK telah membuka peluang untuk memenuhi kebutuhan dalam pelayanan kesehatan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa biaya untuk kesehatan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perawatan pasien di rumah (Home care) dapat memperpendek masa tinggal di rumah sakit, menurunkan re-hospitalization dan menurunkan angka kesakitan dan kematian di rumah sakit. Integrasi system informasi  pada pasien home care dapat mentransformasi pasien post-acute care untuk dirawat dirumah  melalui telemedicine dan remote patient monitoring (RPM).

2. Home Health Care (Perawatan pasien di rumah)

Home Health care didefinisikan sebagai pemberian pelayanan kesehatan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain di rumah pasien. Pasien yang membutuhkan perawatan untuk penyakit kronik, penyembuhan dan rehabilitasi setelah pulang dari rumah sakit, khususnya pada pasien dengan usia lanjut. Dengan perawatan di rumah akan mengurangi masa tinggal di rumah sakit sehingga mengurangi faktor resiko dan mengurangi biaya rumah sakit. Keuntungan bagi pasien dan keluarga bisa memberikan perawatan dalam setting rumah mereka (Cummings et al 1990; Hughes et al, 1992)

3. IT dalam Home Health Care

Inovasi IT misalnya telemedicine dan remote patient monitoring (RPM) memberikan pelayanan kesehatan secara modern menggantikan setting lama dimana dokter dan pasien harus bertemu face to face dalam memberikan pelayanan. Khususnya dalam RPM yang dapat mentransformasi pelayanan kesehatan pada pasien yang bukan akut setelah pasien pulang dari rumah sakit. Dari penelitian didapatkan dampak yang positif pada efektifitas hasil seperti menurunnya kunjungan pada unit gawat darurat, berulangnya pasien ke rumah sakit dan rata-rata lama tinggal menurun khususnya pada kasus penyakit jantung dan paru.(Pare, et al,2007).

RPM menggunakan sensor monitor untuk mengumpulkan tanda tanda vital seperti denyut jantung, electrocardiogram, temperature, respirasi, tekanan darah, analisa gas darah, berat dan data-data klinik yang akurat langsung kepada provider melalui saluran telfon, kabel, satelit atau selular network (Pare 2007). RPM akan tersambung dengan display pada perawat on-duty sehingga dapat mengidentifikasi secara Cepat perubahan fisiologi dan merespon secara tepat oleh manajer perawat klinik. (Hillestad et al, 2005)

4. Faktor penentu keberhasilan integrasi Teknologi informasi

Keberhasilan penerapan penggunaa informasi ditentukan oleh oleh aspek perangkat keras dan perangkat lunak, selain itu juga ditentukan oleh pengguna Teknologi tersebut (Peter, S., deLone,W., & McLean,E. (2008). Jos Aarts (1998) menunjukkan satu model bahwa Teknologi informasi kesehatan terdiri dari tiga komponen penting yaitu teknologi informasi kesehatan sendiri, organisasi pengurusan dan proses kerja klinikal.Teknologi informasi dan komunikasi adalah komponen yang membantu kerja klinikal yang ada dalam organisasi tersebut. Organisasi pengurusan adalah proses kerja klinikal yang berlaku dalan satu organisasi dimana tergantung dari bahan-bahan atau alat-alat, keuangan, sumber yang disediakan oleh organisasi dimana ia bekerja termasuk didalamnya legislasi, SOP dan etika. Proses kerja klinikal adalah interaksi antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Hal tersebut tidak hanya menyangkut rumah sakit saja tapi juga bisa organisasi kesehatan lain.

Selain hal diatas penerimaan menurut  Davis F.D (1989) dalam Surata, 2014 ditentukan oleh :

1)Penglibatan pengguna. Hal terpenting dalam Teknologi informasi adalah pengguna atau manusia itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan kegagalan penerapan Teknologi informasi lebih disebabkan oleh factor perilaku penggunanya terlebih pada sumber daya yang mengharuskan keterlibatan antara pemberi pelayanan dan penerima layanan yaitu pasien dan keluarganya. Namun tidak bisa dihindari adanya jurang antara pengguna dan teknisi serta antara klien dengan teknisi dan tenaga kesehatan karena perbedaan latar belakang pendidikan, minat dan keutamaan.  Ini akan menyukarkan komunikasi antara mereka dan mereka mungkin tidak dapat memenuhi kehendak masing-masing. Apalagi jika penggunaan bahasa yang begitu teknikal yang sukar dipahami oleh pengguna. Apabila jurangnya terlalu besar akan mudah terjadi kegagalan dalam penerimaan teknologi informasi (Loundon 2000)

2)Dukungan pihak manajemen rumah sakit. Suatu system dibangun mungkin hanya atas permintaan  Supplier. Hal ini tidak akan bermakna bila tidak didukung oleh keinginan untuk melibatkan diri dalam sistem informasi, terlebih untuk pembangunan sistem informasi monitoring pasien jarak jauh (Remote Patient Monitoring) (Loundon 2000).

3)Kompleksitas dan resiko. Bagi Rumah sakit pembangunan sistem informasi ini berkaitan dengan besarnya dana yang dikeluarkan oleh rumah sakit, anggota yang terlibat dan resiko yang akan terjadi. Bagi klien kompleksitas juga berhubungan dengan cost peralatan dan kemudahan dalam pengunaan serta resiko yang rendah.

Banyak model telah dikembangkan untuk mengkaji aspek perilaku dalam penerimaan dan Penggunaan sistem informasi.  Yaitu Theory of Reasoned Action (TRA), Theory  Planned Behavior (TPB) serta Technology Acceptance Model (TAM).

Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang banyak digunakan dalam penelitian untuk mengkaji perilaku penerimaan Teknologi informasi. TAM yang dikembangkan oleh Davis mengadopsi Theory of Reasoned Action (TRA). Persepsi kemudahan Penggunaan (perceived ease of use) dan persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) merupakan dua indikator kunci yang menentukan penerimaan individual terhadap teknologi informasi. Pembentukan persepsi kebermanfaatan dan kemudahan pengunaan menentukan sikap terhadap penggunaan. Pada gilirannya membentuk minta perilaku pengunaan Teknologi informasi dan akhirnya mempenaruhi Penggunaan Teknologi informasi. (Suarta &Sudiadnyani, 2014)

Salah satu yang paling banyak digunakan teori untuk menjelaskan teknologi penerimaan adalah Theory of Reasoned action ( TRA ) diperkenalkan oleh Fishbein dan Azjen . Ada tiga konstruksi penting dalam membangun TRA , yaitu sikap , norma subyektif dan niat perilaku . Fishbein dan Azjen  mengatakan bahwa, faktor personal dan faktor sosial akan mempengaruhi niat perilaku seseorang untuk melakukan perilaku tertentu . Mereka lebih lanjut mengidentifikasi faktor pribadi sebagai sikap dan faktor sosial sebagai norma subjektif .

Sikap merupakan konsekuensi dari keyakinan seseorang yang menonjol sebagai hasil dari melakukan perilaku tertentu.. Selain itu , Han juga menyatakan bahwa norma-norma sosial mengacu pada pengaruh harapan dirasakan dari orang lain secara pribadi yang lingkungan sosial dan motivasi untuk mematuhi harapan tersebut . Singkatnya , TRA mengatakan bahwa seseorang tertentu perilaku ditentukan oleh niat pelakunya untuk melakukan perilaku itu, kemudian niat perilaku adalah menentukan bersama-sama oleh sikap orang dan norma-norma sosial terhadap perilaku . TRA telah digunakan dalam berbagai daerah untuk memprediksi model penerimaan teknologi . Meskipun TRA diterapkan secara luas dalam berbagai lingkup studi , tetapi tampaknya bahwa kekuatan prediksi TRA menyempit di bawah konteks niat pelakunya.

Tujuan asli dari pengembangan TRA bertujuan untuk menjelaskan perilaku sukarela , dan akibatnya banyak  jenis perilaku dikecualikan dari model itu sendiri. Penggunaan informasi rumah sakit sistem tampaknya menjadi perilaku wajib sebagai organisasi sendiri yag diperlukan karyawan untuk menggunakan sistem secara rutini. Jadi beberapa keterbatasan dapat terjadi di sini di menjelaskan perilaku penerimaan teknologi dalam konteks kewajiban TRA menyimpulkan bahwa variabel eksternal lainnya secara tidak langsung akan mempengaruhi sikap dan sosial norma melalui struktur keyakinan masing-masing dan kemudian mempengaruhi niat perilaku . Juga , yang mempengaruhi para kekuatan variabel terhadap niat perilaku adalah  berbeda tergantung pada individu dan situasi.Penelitian terhadap klien yang menggunakan telemonitoring terhadap penyakit kronik yaitu diabetes paling penting atribut dalam telemonitoring adalah komunikasi face to face, ketersediaan peralatan teknikal support, respon waktu dan biaya. Provider bisa meningkatkan interaksi antar dokter dengan pasien melalui video atau alat yang dapat mengirim image (gambar) ketika berkomunikasi. (Basoglu, Daim & Topacan, 2012).

Teori Behavior (perilaku) menurut seorang pakar keperawatan yaitu Dorothy E Johnson adalah sebuah sistem yaitu sistem perilaku yang mencakup pola, pengulangan dan cara-cara bersikap dengan maksud tertentu. Perilaku merupakan output dari proses yang saling berinteraksi, interdependensi dan integrasi dari elemen-elemennya.Cara bersikap menetukan apakah seseorang membatasi interaksi antara dirinya dengan lingkungan atau menciptakan hubungan dengan obyek, peristiwa dan situasi dengan lingkungannya. Manusia oleh menurut teori behavior dari Johnson ini dipandang sebagai sistem perilaku yang berusaha mencapai stabilitas dan keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi pada beberapa hal yang sudah terbukti efektif dan efisien. Johnson memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran aktual dan tidak langsung makhluk sosial lain yang mempunyai signifikansi terhadap perilaku adaptifnya. (Marriner, 2001).

Sejalan dengan teori TRA, teori keperawatan tentang perilaku diatas juga dapat menjelaskan penerimaan pasien terhadap telemonitoring pada pasien yang dirawat di rumah. Penerimaan ditentukan oleh interaksi antara pengguna dengan pelayanan kesehatan, saling ketergantungan dan integrasi ilmu kesehatan serta ilmu keteknisan yang diperlukan oleh pasien untuk melakukan monitor dan melaporkan keadaan pasien kepada petugas kesehatan.

5. Kesimpulan

Perkembangan ilmu pengetahuan melalaui tranformasi teknologi sudah dapat dirasakan manfaatnya khususnya dalam bidang kesehatan. Mahalnya biaya kesehatan mendorong untuk pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan melalui telemonitoring. Keberhasilan penerapan teknologi informasi ditentukan oleh perngkat keras dan perngkat lunak, namun yang terpenting adalah persiapan pengguna teknologi tersebut.Faktor penerntu penerimaan dan integrasi sistem informasi telemonitoring pada pasien home health care adalah adanya pelibatan para pengguna, dukungan pihak manajemen, kompleksitas dan resiko. Selain itu bagi klien adalah adanya persepsi kemudahan penggunaan sehingga menjadi sikap untuk penggunaan yang sesungguhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun