Â
Turyana, No.70
Â
  Kata orang anak itu pengikat rumah tangga,kehadiran seorang anak melengkapkan kasih sayang suami istri. Lengkaplah sebuah keluarga dengan kehadiran seorang anak,alur keluarganya ada penerus.
  Namun hatiku kecewa setelah sekian tahun hidup bersamanya,ternyata dia masih belum memahami keinginanku. Kemauan seorang lelaki sebagai kepala keluarga. Aku akui istriku seorang perempuan istimewa,yang penuh dengan kasih sayang dan pengertian serta menerima apa adanya. Dia tidak pernah minta dikala melihat orang lain mempamerkan harta bendanya diatas badannya,dia hanya berkata " jika aku yang punya itu semua aku takut berbuat begitu ".
  Setiap kata-kataku dia tidak pernah membantahnya,walaupun terkadang dia sendiri merasa lelah dengan pekerjaannya. Tapi keperluan suami dia dahulukan ketika dirumah. Dia wanita yang soleha,sujud dan minta ampun serta berdoa,dia tidak pernah meninggalkannya walaupun dikala sakit dia tetap melakukannya terhadap Illahi. Terkadang aku sendiri merasa malu dengannya,karena yang seharusnya berbuat begitu dan menuntun istrinya adalah sang suami yang menjadi kepala keluarga dan pelindung rumah tangganua itu.
  Tapi hari itu,dia membiat diriku kecewa dengan jawabannya dikala berbicara dari hati kehati. Ingin rasanya aku berlari dari kehidupannya waktu itu. Umurku sudah setengah abad,terus mau kapan lagi? aku hanya ingin punya keterunan? salahkah keinginanku itu. Setiap doaku hanya itu yang selalu aku ucapkan setiap malam sayang.
Â
NB; untuk membaca karya peserta lainya silahkan menuju akun Fiksiana Communiti
Dan silahkan bergabung digroup FBÂ Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H