[caption id="attachment_419462" align="aligncenter" width="450" caption="Papa Lim"][/caption]
Malam itu,Yana mendapat berita dari Bibi yang menjaga papa Lim. Bahwa penyakitnya papa Lim bertambah buruk lagi,malah lebih buruk dari hari-hari sebelumnya. Dengan cepat,malam itu juga Yana pergi kerumahnya papa Lim,untuk menjenguknya. Kebetulan papa Lim masih bisa bicara,dan mengenalinya sambil mengingat Darmin sahabat karibnya. Namun penyakitnya memang semakin parah terhadap orang tua itu.
Masalah yang dihadapi Yana,Darmin sahabatnya itu tidak ada disini saat ini. Darmin sedang pulang kekampung di Indonesia sana sekarang. Namun Darmin pernah berpesan sebelum pulang,jika keadaanya papa Lim semakin serius,walau dengan cara apa sekalipun Darmin akan kembali lagi ke Malaysia. Tapi tidak mungkin Darmin langsung kesini kalau aku beritau,sebab dia baru pulang ke kampungnya sejak sekian lama disini. Dan juga tidak mungkin aku menyuruh dia cepat datang lagi kesini,sebab dia pulangpun belum sampai satu minggu. Yana tidak tega untuk memberitau Darmin tentang keadaan papa Lim saat ini. Biarlah nanti dia yang bertanggung jawab menjelaskan pada Darmin kalau dia kembali lagi kesini. Yana menguatkan semangatnya,dan hidup ini pun sememangnya memerlukan semangat yang kuat untuk menghadapi arus deras dan runi ombak kehidupan ini.
Yana memandang wajah papa Lim dengan sayu, begitu juga dengan papa Lim memandang Yana. Wajah mereka berpandangan dan ada garis perjuangan dan penderitaan diretina mata mereka. Bibi pula masih mengerjakan sesuatu didapur untuk keperluan hari ini. Semenjak Yana pindah kontrakanya,papa Lim tinggal dengan Bibi dan suaminya. Papa Lim tidak mau tinggal bersama kami, ' menyusahkan kami berdua ' katanya kepada Bibi. Di dapur Yana mendengar bunyi pinggan dan gelas bertemu diantara satu sama lainya,' bibi sedang mencuci pinggan ' kata Yana dalam hati.
" papa bagaimana keadaanya? " tanya Yana dengan suara perlahan dan semakin dekat dengan tempat tidurnya papa Lim.
Papa Lim hanya menggelengkan kepalanya tanda penyakitnya masih belum sembuh. Memang menurut dokter,penyakit kangker yang menyerang papa Lim ini tidak mempunyai harapan untuk sembuh. Malah ketika Yana mengantar papa Lim ke Rumah sakit,dokter menasehatinya agar membawa papa Lim pulang saja dan menjaganya dirumah.
Papa Lim memberikan senyumanya sekali lagi kepada Yana,senyuman itu sebenarnya memberi banyak makna didalam kehidupan mereka bertiga. Kehidupan Yana,Darmin dan papa Lim sendiri. Senyuman itu tetap tidak berubah,meskipun papa Lim sudah dimamah usia. Papa Lim dengan senyuman itulah menjaga mereka berdua disini,menjaga mereka bagaikan membawa minyak yang penuh. Masih terngiang-ngiang ditelinga Yana sewaktu papa Lim memberi nasehat kepada mereka. Papa Lim akan bernyanyi sambil memberikan nasehatnya buat kami berdua.
Papa Lim bersama senyuman itulah membimbing kami mengenal pencipta kehidupan sebenarnya. Bersama senyuman itu jugalah yang membela mereka ketika mereka terumbang-ambing diarus deras kehidupan ini. Sedangkan masyarakat disekitarnya tidak mau mengambil tau tentang nasib manusia-manusia kerdil seperti mereka. Dunia memejamkan mata! Dunia juga membisu seribu bahasa! pada nasib manusia kerdil seperti mereka.
" tinggal bersama papa Lim harus baik-baik,tidak mau nakal tau " bisik papa Lim ketika mula-mula mengajak kami tinggal bersamanya.
Itulah perkataan yang masih terngiang-ngiang ditelinga Yana. Waktu itu dia pun tidak mengerti,kenapa dia harus tinggal dan hidup bersama papa Lim,dan Yana juga merasa hidup ini satu paksaan yang harus ditempuhinya bersama Darmin sahabatnya.
Dia masih ingat lagi,makan dan minumnya bersama Darmin, pakaian dan berbagai macam keperluan lainya ditanggung oleh papa Lim. Alangkah besarnya jasa papa Lim terhadap dirinya dan Darmin. Kalau di ibaratkan dengan gunung dan lautan,rasanya masih besar jasa papa Lim terhadap mereka berdua.