Mohon tunggu...
Turrachman Rachman
Turrachman Rachman Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah/ Pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Zaenab Masykur Adiwerna Tegal

Saya seorang guru yang senang menulis tentang perjalanan .Setiap yang saya lihat, rasakan dan saya lakukan ,menjadi bahan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Choice

19 Januari 2025   09:32 Diperbarui: 19 Januari 2025   09:46 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengambil sudut bidikan memang tidak mudah. Apalagi kita berada pada posisi yang kurang beruntung. Artinya banyak "benda" yang menghalangi bidikan. Kita tentu harus berjalan dari satu sudut ke sudut yang lain. Naik ke atas bongkahan batu yang besar, pohon yang lebih tinggi , turun ke sungai, berdiri di tengah-tengah kerumunan manusia dan bahkan kita harus merayap,melompat, berlari dan lain sebagainya. Seringkali kita tidak "memperdulikan" resiko yang ada. Semua usaha dilakukan untuk mencari bidikan atau angle yang tepat.

Naluri manusia adalah mendapatkan yang terbaik ditempat yang "baik". Sehingga hasilnya adalah terbaik. Akan tetapi ketika faktanya  berbeda. Kita tidak berada pada posisi yang tepat. Dengan "iklim" yang dirasakan membuat tidak nyaman. Seringkali kita menjadi "ogah-ogahan" untuk mengambil posis membidik gambar yang terhampar. Reaksi berikutnya adalah menyalahkan keadaan, bahkan rumput yang sudah diinjakpun tidak luput dari sasaran kekesalan kita.

Anda mungkin pernah mendengar kata-kata begini ;"kalau tidak dua-duanya, maka tidak usah sama sekali". Kalimat tersebut pada situasi tertentu akan menjadi kalimat yang benar dan sebaliknya, yaitu kurang tepat.Seperti hari ini  saya ingin membidik angle mount Sindoro Sumbing. Harapan saya adalah gambar yang saya dapatkan utuh. Dua gunung tersebut nampak sempurna. Terlihat berjajar bagus dengan langit biru di atasnya. Deretan pohon-pohon nampak seperti mengelilinginya. Ketika yang kita lihat hanya satu gunung, atau bahkan separuh gunung dengan angle yang bagus. Apakah kita tidak membidiknya?

View di sekitar kita adalah ayat-ayat Allah. Ibarat banyak kebaikan yang terhampar. Dan kita baru saja mampu melakukan satu kebaikan. Maka lakukanlah. Bahkan Rasulullah sudah memberikan motivasi kepada kita. " Amal yang disukai oleh Allah adalah adwamuha wa inqola" meskipun sedikit tapi dilakukan terus-menerus atau istiqomah. Kita tentu masih ingat tentang teori dasar medan magnet yang diajarkan oleh guru-guru kita di Sekolah Dasar. Kita diminta untuk menggosok - gosokkan penggaris mika ke tangan kita kemudian setelah itu penggaris mika tersebut kita dekatkan pada potongan kertas kecil yang sudah disiapkan. Apa yang terjadi? Potongan -- potongan kertas kecil tersebut akan bergerak menempel di penggaris tersebut. Maknanya apa? Jangan menganggap remeh setiap sudut kebaikan yang sudah kita bidik atau kita lakukan. Sebab akan memiliki dampak yang luar biasa. Menggerakkan siapa saja yang ada di sekitar kita.

Sungai yang mengalir dengan aliran airnya yang jernih. Burung-burung berterbangan di atas pepohonan yang rimbun dan berjejeran. Hamparan padi  menguning dengan para petani yang siap memanen. Gunung Sindoro sumbing yang kokoh menjaga. Tebing yang terjal di pinggir pantai berpadu dengan warna biru air laut dan putihnya pasir pantai. Gedung- gedung pencakar langit di sebuah kota. Lalu-lalang kendaraan yang melaju di jalan raya. Transaksi jual-beli di pasar rakyat. Anak-anak sekolah berjalan menuju sekolahnya. Adalah sedikit "kesempurnaan" pemandangan keindahan alam yang kita harapkan. Dan dalam dinamika perjalanan hidup yang kita nikmati saat ini, begitu banyak angle kebaikan yang sering kita temui. Dan sayangnya kita sering tidak peduli.

Mendoakan orang lain. Senyum di wajah ketika berjumpa dengan orang lain. Menyapa teman. Berbagi ilmu pengetahuan. Menyantuni janda dan anak yatim. Adil ketika menjadi pemimpin. Jujur ketika berdagang. Amanah ketika diberi tanggung jawab. Shodaqoh . Memudahkan urusan orang lain. Memberikan keteladanan kepada keluarga. Menolong tetangga yang membutuhkan. Melayani tamu. Membuang sampah pada tempatnya. Tertib berlalu-lintas. Merawat orang tua yang sudah renta. Ikut mendorong gerobak bakso di jalan menanjak. Mendengarkan curhatan teman , kemudian menyimpan curhatan tersebut. Berkata yang benar. Mengingatkan pemimpin yang berlaku tidak adil. Antri. Menghormati tetangga.Memaafkan kesalahan orang lain. Mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain. Menjenguk saudara, tetangga atau bahkan oreng lain yang sakit. Membeli dagangan sayur seorang nenek yang tidak laku. Menamam pohon di halaman rumah. Menghibur tetangga yang sedang terkena musibah. Menyingkirkan duri atau batu dari tengah jalan dan lain sebagainya, adalah sebagian dari keindahan muamalah duniawi yang terhampar. Allah bahkan memberikan pilihan kepada kita. Memilih jalan taqwa atau memilih jalan keburukan.(ihtiyar tariq at-taqwa atau ihtiyar tariq al-ithm)

Guru besar ITS Surabaya, Prof Imam Robandi pernah mengatakan ; " sukses tinggi berbanding lurus dengan resiko tinggi". Kalau ingin memperoleh prestasi terbaik maka tantangannya pasti sangat berat. "Tidak ada nelayan yang hebat dihasilkan dari ombak yang tenang", kata Renald Kasali. Lihatlah orang-orang yang sedang memanen madu terbaik. Pasti madu tersebut dihasilkan dari lebah-lebah yang membuat sarang di atas pohon besar yang ketinggiannya bisa mencapai 15 -- 50 meter. Madu yang berkualitas tinggi berasal dari berbagai bunga yang ada di hutan. Udara yang masih bersih atau minim dari polusi, lingkungan yang mendukung seperti adanya berbagai jenis bunga. Semakin tinggi pohon yang menjadi sarang lebah. Maka senakin tinggi kualitas madunya. Cara memanen super hati-hati. Memanjat dengan penuh tenaga dan konsentrasi. Harus siap kalau ada lebah yang tiba-tiba menyengat. " Hanya jerapah yang berleher panjang yang akan mendapatkan makanan terbaik " yaitu pucuk-pucuk daun.

Dalam al Qur'an surat al mulk ayat 2 Allah memberikan penjelasan kepada kita tentang ahsanu amala atau amalan terbaik. Arti lengkap dari ayat tersebut adalah " Yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun ".

Pada saat kita memilih untuk mendapatkan  amalan terbaik atau karya ternbaik. Maka kita harus bersungguh-sungguh pada proses pencapainya. Kehidupan dan kematian adalah ujian. Artinya suka-tidak suka dalam kehidupan kita selalu ada masalah atau tantangan. Kita seringkali berdoa, memohon kepada Allah Tuhan yang Maha Kuasa agar diberikan kemudahan dalam setiap langkah. Kemudian apa yang terjadi? Berjilid-jilid kesulitan hidup menghampiri. Seakan tak berujung. Inilah yang disebut dengan karya terbaik harus melewati proses terbaik.dan Proses terbaik itu selalu membutuhkan etos atau semangat tanpa batas atau di atas rata-rata. Dari niat di dalam hati, ucapat lisan yang terjaga dan perilaku yang tertata atau termanajemen dengan baik, maka akan muncul perilaku" nomer satu". Dia akan bangun terlebih dahulu di saat yang lain masih tertidur. Sudah melakukan sebelum orang lain berfikir. Selalu melihat peluang keberhasilan dalam setiap "kesulitan" yang ditemui. Fokus pada solusi dan selalu melihat potenspada setiap orang yang ada di sekelilingnya. Selalu mnyelesaikan tantangan hari ini. Bukan esok hari. Karena menunda adalah kekalahan. Memiliki semangat untuk belajar kepada siapapun. Sebab bagi seorang pemenang atau yang menginginkan Ahsanu amala. Satu langkah perubahan lebih bermakna daripada sejuta  rencana.

Waktu terus melaju. Era setiap manusia akan terus beganti. Ada yang datang dan ada yang pergi. Peluang untuk menjadi manusia terbaik dengan prestasi terbaik atau ahsanu amala semakin terbuka lebar bahkan nyaris tanpa batas. Begitu juga jebakan kebodohan semakin menggoda. Hari --hari ini banyak sekali orang yang terlihat sibuk, ternyata tidak memiliki karya sama sekali. Ketika ditanya mereka akan menjawab ;" saya sudah melakukan ini dan itu". Maka benarlah nasehat Rasulullah yaitu " bersegeralah mengerjakan amal sholeh ". Paling tidak kalau sholat kita tidak memenuhi target kebaikan dalam penilaian, maka kita masih berharap pada karya-karya kita yang lain. Maka fokuslah untuk membidik angle terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun