Tidak terasa sudah hampir 7 bulan. Kang Ngabidin tinggal di kampung Joyo. Rasanya baru kemarin dikenalkan oleh ketua RT setempat. Tentang kehadiran dirinya di kampung tersebut. "Bapak-Ibu kita kehadiran keluarga baru. Yang akan hidup bersama kita di kampung Joyo. Beliau adalah Kang Ngabidin dan Ibu Ngabidin beserta 4 orang anaknya. Semoga betah di kampung Joyo Kang Ngabidin" kata pak RT yang kemudian dilanjutkan dengan salam-salaman dengan seluruh warga. Semua warga nampak bahagia dengan kehadiran Kang Ngabidin beserta keluarga. Terutama ketua Takmir masjid  Sirotol Mustaqim. Yaitu Bapak Haji Sabar. " Saya dengar kang Ngabidin juga seorang ustad ya. Kebetulan kita sering ada pengajian rutin. Kang Ngabidin nanti ikut jadi penceramah ya",kata pak Sabar dengan penuh semangat . Tanpa memberikan waktu untuk menjawab bagi Kang Ngabidin.
Semua berjalan dengan begitu bergairah. Kampung Joyo seperti menemukan "nyala api" baru. Yang membuat hangat orang-orang di sekelilingnya. Membuat derap langkah warga kampung semakin leluasa. Dan membuat anak-anak bernyanyi riang gembira. Kedatangan Kang Ngabidin di kampung Joyo sudah menjadi berita viral. Yang ada di pos ronda, pertemuan bulanan ibu-ibu PKK atau Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, warung penjual nasi untuk sarapan pagi, toko sembako, grup WA RW dan RT, Grup WA Jamaah Masjid dan Mushola. Semua membicarakan kang Ngabidin. " katanya kang Ngabidin itu ustad yang terkenal ya?" kata salah satu ibu-ibu pada pertemuan rutin PKK.
Ada yang bahagia menyambut kedatangan kang Ngabidin dan keluarga. Â Selama ini dikampungnya sudah lama tidak ada sosok ustad. Sebab ustad yang ada sudah almarhum. Harapan mereka adalah mendapatkan bimbingan atau pencerahan tentang jalan kehidupan menuju ridho Allah. " Nanti kalau ada acara peringatan HUT 17 Agustus kita sudah tidak kebingungan lagi siapa yang akan memimpin doa" kata pak RT. Ada yang sudah berencana akan menemui kang Ngabidin, mau minta tolong untuk menjadi saksi pernikahan anaknya. Ada yang sudah menjadwal kang Ngabidin untuk menjadi penceramah pada acara walimah khitan anaknya. Bahkan adapula yang mau curhat tentang kehidupan pribadinya, kok belum dapat jodoh sampai hari ini. "Kang Ngabidin nanti akan tahu sendiri bagaimana watak penduduk kampung joyo," kata pak Warto, salah satu teman kang Ngabidin yang sejak awal tidak menyetujui kang Ngabidin pindah ke Kampung Joyo. Sebab pak Warto khawatir kalau nantinya kehidupan Kang Ngabidin di Kampung Joyo tidak nyaman.
 " Dalam hidup ini yang namanya suka-tidak suka  itu selalu ada. Bahkan tidak hanya itu, ada yang diam seaakan tidak membutuhkan kita atau cuek.Bahkan ada yang curiga dengan kedatangan kita " kata kang Ngabidin kepada istrinya. Mencoba memberikan nasehat kepada sang istri, setelah istrinya cerita bahwa kedatangan mereka ke kampung Joyo ada yang tidak menyukainya.
Kang Ngabidin baru tahu bahwa di kampung Joyo ada dua tempat ibadah yang berdekatan. Jarak antara kedua tempat ibadah tersebut sekitar 500 meter. Yaitu Masjid Sirotol Mustaqim dan Mushola Sakinah. " Maaf Kang Ngabidin, kami berharap njenengan bersedia jadi imam di Masjid Sirotol Mustaqim ," kata pak Sabar selaku ketua Takmir dan langsung diiyakan oleh pengurus Takmir Masjid yang lain. Tanpa harus mendengarkan jawaban Kang Ngabidin. Semua takmir masjid Sirotol Mustaqim yakin bahwa kang Ngabidin tidak akan menolak kebaikan. Kemudian di malam berikutnya hadir rombongan pengurus Mushola Sakinah. Yang mengharapkan kang Ngabidin juga menjadi Imam di Mushola Tersebut. " Ya Kang Ngabidin jangan hanya jadi iman di Masjid, sesekali ya jadi imam di Mushola Sakinah".
" Assalamualaikum Kang Ngabidin ", terdengar suara seseorang yang sudah ada di depan pintu. Istri Kang Ngabidin langsung ke kamar. Menemui dirinya. Buyar sudah lamunan kang Ngabidin. " Bapak- bapak itu ada pak Sarno, katanya mau ketemu njenengan." Kata sanga istri sambil meminta kang Ngabidin untuk segera menemui tamunya yang sudah menunggu di depan rumah. Kang Ngabidin langsung berdiri. Sambil membetulkan sarung yang dipakai. Berjalan menuju ruang tamu. "Walaikumsalam pak Sarno. Monggo." Kata kang Ngabidin mempersilahkan tamunya. Yang dari tadi sudah berdiri menunggu. " Maaf kang Ngabidin tolong kerumah saya segera", kata pak Sarno. Dengan wajah yang penuh rasa khawatir. " Sebentar- sebentar, mari duduk dulu" ajak Kang Ngabidin. Tapi pak Sarno tidak berkenan duduk. Wajahnya nampak begitu panik, mengharapkan saat itu juga kang Ngabidin harus datang ke rumahnya.
Sambil berdiri pak Sarno menceritakan kondisi putri ragilnya yang tiba-tiba pingsan. " Padahal tadi pagi ketika akad Nikah anak saya terlihat sehat-sehat saja. Lha ini setelah dibawa ke rumah suaminya. Diajak foto-foto bersama , pulangnya kok malah pingsan kang Ngabidin. Saya bingung. Pokoknya kang Ngabidin harus ke rumah saya dulu untuk melihat kondisi anak saya. Saya khawatir karena nanti masih banyak tamu yang akan datang ", kata pak Sarno dengan terburu-buru. Sampai lupa tidak mengucapkan salam. Kang Ngabidin terlihat bingung, sambil melihat punggung pak Sarno yang mulai menghilang diujung jalan. Kang Ngabidin kemudian berjanji pasti akan datang ke rumah bapak Sarno. Padahal tadi Kang Ngabidin sudah mencoba memberi saran Kang Sarno. Untuk mengundang Perawat. Atau anaknya dibawa ke rumah sakit terdekat. Barangkali kelelahan. Atau bahkan belum sarapan. Karena seringkali terjadi seorang pengantin wanita pingsan disebabkan perut yang lapar. Saking bahagianya besok akan menikah. Dirias dengan riasan yang mewah. Paginya sampai lupa sarapan.
Dengan langkah agak terburu-buru, kang Ngabidin berjalan ke rumah pak Sarno. Jarak rumah kang Ngabidin dengan pak Sarno sekitar 300 meter. Setelah berjalan hampir 3 menit. Kang Ngabidin sampai di depan rumah pak Sarno. " Assalamualaikum" Kang Ngabidin mengucapkan salam. Kemudian orang-orang yang ada di rumah pak Sarno kompak menjawab " walaikumsalam". Suasana di dalam rumah pak Sarno terlihat "tegang". Nampak menantu dari pak Sarno terus memanggil nama istrinya atau anak pak Sarno. Sedangkan ibu Sarno terus mencoba menggoyang-nggoyangkan tubuh anak perempuannya yang masih pingsan. Wajah-wajah bingung nampak pada orang-orang yang sedang mengerumuni anak pak Sarno. Yang tergeletak pingsan masih lengkap menggunakan baju pengantin. Pengantin pria terlihat begitu cemas. Berusaha membisikkan kata di telinga istri tercintanya. Ada juga yang seperti berdoa supaya sangan pengantin siuman. Ada yang hanya berjalan dari dapur ke ruang tamu. " Kang Ngabidin sudah datang " kata salah satu kerabat dari pak Sarno. Kemudian pak Sarno langsung mengajak Kang Ngabidin untuk melihat kondisi anaknya.
Melihat situasi tersebut, sebenarnya Kang Ngabidin agak bingung. Karena merasa bukan dokter atau perawat. Tapi harus memberikan solusi. Memberikan pengobatan semampunya. Kemudian Kang Ngabidin ingat apa yang pernah disampaikan oleh Kanjeng Nabi Muhammad dalam sebuah hadits bahwa " air itu obat segala penyakit " . Kang Ngabidin minta pak Sarno mengambil air "putih" yang ada di teko rumah Pak Sarno. Satu gelas saja. Kemudian Kang Ngabidin berdoa. Dan membaca ayat-ayat Alquran yang bisa dibaca. "Ini nanti diminumkan ke anak pak Sarno, jangan lupa baca basmalah" pesan Kang Ngabidin kepada pak Sarno. Kemudian Kang Ngabidin pamit pulang. Tidak lupa berpesan agar pak Sarno bersikap tenang dan sabar.
Dalam perjalanan pulang Kang Ngabidin banyak membaca istighfar. Niatnya adalah membantu pak Sarno. Karena menjelaskan tentang pengobatan adalah ranahnya dokter kepada pak Sarno yang setiap hari berprofesi sebagai tukang becak tidaklah mudah. Yang penting bagi pak Sarno adalah kehadiran kang Ngabidin. Motivasi dari Kang Ngabidin.