Mohon tunggu...
sigit purwanto
sigit purwanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya jurnalis. Pemburu durian. Ketua durian traveler Indonesia

suka jalan-jalan. selalu mengamini di setiap persimpangan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Potensi Durian Baduy yang Menunggu Perhatian dan Pengembangan

9 Februari 2018   09:41 Diperbarui: 10 Februari 2018   09:10 3265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan saya gemetar. Sebanyak 20 buah durian dipikulan seperti mencengkram sendi. Berayun menstabilkan badan tak membuat bebannya berkurang, malah makin mencekik rusuk. Saya harus bertahan. Malu rasanya  bila menyerah beban seberat ini biasa di bawa Kalman dan Nardi bocah Baduy berumur 14 dan 12 tahun. Baru 5 langkah, tulang punggung menjerit kesakitan. 

Ampun, saya hempaskan durian ke tanah karena tak sanggup saya membawa 20 durian.  Padahal Kalman dan Nardi, 2 bocah kurus  ini setiap hari mengakut durian ini kampung terluar Baduy, Kadu Ketug sejauh 10 Kilometer. Duh 5 langkah saja saya sudah sekarat. Apalagi kesana...

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setiap musim durian tiba, desa adat Baduy seperti berpesta. Setiap pagi di ladang hingga sepanjang jalan, riuh aktivitas memanen durian. Tua, muda, anak kecil semua terlihat  memangul durian. Sungguh aktivitas yang sangat menarik untuk di abadikan.

Momen seperti ini sudah lama saya tunggu. Tengah malam berbekal kamera saya bersama kang Iwan Subakti, Zoel Suparta dan Yardi Limas sudah Sampe di Baduy. Paginya, kami sudah  siaga mengabadikan momen setahun sekali ini. Jam setengah enam, momen yang ditunggu akhirnya datang. Tua, muda seperti sepur berarak muncul dari tingkungan desa. Gerimis tak diidahkan, bebannya seperti tak dirasa padahal bila diitung lebih 40 kg mereka pikul sejauh lebih dari 10 km.  Belum lagi tanjakan yang pasti menguras tenaga. Rasanya nyesek kalau tahu berapa mereka diupah.  Sejauh itu, seberat itu dibayar hanya 1.000 rupiah per buah. Sungguh hidup di Baduy tak seindah di foto...

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
"Hirup di Kanekes tea boga kadu kadu acan," yang berarti hidup di Kanekes atau Baduy kok tidak punya pohon durian adalah  filosofi santir Baduy perumpamaan bagi orang yang malas dan kurang jeli memanfaatkan alam sangat gamblang menggambarkan masyarakatnya sangat menghormati buah berduri ini. Memiliki pohon durian adalah "prestise" sama seperti orang kota mempunyai mobil atau motor.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Desa Kadu Ketug pagi ini benar-benar mengerlingkan pesonanya. Seperti namanya Kadu Ketug yang artinya durian jatuh kampung ini setiap pagi "dijatuhi" durian dari puluhan desa lain sekitar kampung Adat Baduy. Ratusan durian yang berasal dari beberapa rumah, menggunung di serambi. Di desa inilah durian Baduy dikumpulkan lalu dijual ke daerah Lebak, Pandeglang hingga Jakarta.

Hiruk pikuk bongkar muat durian sudah menghabiskan cukup banyak memori kamera saya. Kerling Kampung Kadu Ketug sebenarnya masih bagian kecil dari pesona Baduy. Itu baru gerbang, bila kita menyusuri jalan setapak hingga kampung Ciboleger, hampir setiap sudut sangat instagrammable dan susah untuk tidak melepas rana mengabadikan keindahan ngarai dan pokok durian bertengger asri menaungi Kampung Adat Baduy.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
"Itu kebun saya Kang, saya lagi panen" kata Mulyono pemuda kampung Cicempaka yang menemani kami berkeliling. Mul memliki 100 pohon durian warisan keluarga, setiap hari mul mengumpulkan sekitar 200 butir buah durian.

Jalan Baduy masih seperti 3 tahun yang lalu ketika pertama saya kali datang. Jalannya setapak dengan tanjakan cukup menguras nafas. Air jernih yang mengalir di talang bambu cukup melegakan nafas, bekal untuk melanjutkan perjalanan. Beberapa anak Baduy yang mengangkut durian terlihat kelelahan dan beristirahat di gubuk pinggir jalan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
"Anak Baduy itu bukan diperkerjakan kang tapi harus belajar sejak kecil jadi nanti kalau sudah besar kerjanya nanti seperti itu, bukan dipekerjakan tapi belajar dengan alam belajar apa yang biasa dilakukan orang dewasa," kata Mulyono.

"Di sini pohonnya tinggi-tinggi" kata Mul sambil menunjuk pohon setinggi 12 meteran. "Ini baru pertama berbuah, padahal usianya diatas 10 tahun. Di sini mungkin dulu menanam durian tidak memikirkan kualitas. Sekarang dah besar kualitas tidak terlalu bagus dan tidak pakai pupuk. Sama semua tak ada nama, hampir satu jenis.  Yang kuning ada, tapi jarang" tambahnya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Berkah durian tak hanya dimiliki pemilik durian, pemetik pun ikut kecipratan rejeki. Setiap hari mereka mendapat penghasilan 100 ribu untuk memetik durian. Tugas yang sangat berat sebenarnya. Setidaknya mereka harus turun naik 15 pohon setinggi 12 hingga 30 meter pohon durian untuk mengumpulkan 100 buah durian.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Untuk menjaga kualitas, warga Baduy sebenarnya punya kearifan lokal dengan mengikat durian yang tua agar tak jatuh ke tanah. "Takutnya jatuh kena batu kang nanti pecah buahnya," uangkapata Mulyono. 

Sayangnya setiap menurunkan durian yang sudah matang, mereka juga memetik durian yang dianggap sudah tua. Saya sebenarnya agak resah dengan cara ini, bagaimanapun memetik durian sangat riskan dan pasti menurunkan kualitasnya.  Apalagi tanpa bekal kalkulasi umur buah yang cukup, sangat besar kemungkinan durian yang di petik masih muda.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
"Itu kan yg kerja metik 1 hari  dapat 100.000, jadi kalo ambil yang jatuhan saja dapetnya paling 30 butir itungannya kita rugi." kata Mulyono

Durian Baduy rata-rata berat sekitar 8 ons hingga 2,2 kg. Soal rasa,  durian Baduy yang baik matang sempurna punya kualitas yang lumayan baik. Meski daging buah putih, rasanya legit berasa ketan. Sedangkan yang lain 2 buah saya makan rasanya hambar sedikit manis jambu.

"Sayang yah" kata Iwan Subakti durian traveler yang sudah puluhan tahun mengamati durian di daerah Provinsi Banten.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
"Kabupaten Lebak di Banten yang produktivitasnya tinggi salah satunya Baduy sayang kualitas duriannya di bawah rata-rata karena tidak diberi perawatan secara khusus. Kadang kala hasil panennya baik dan kadang tidak baik tapi lebih banyak rasanya yang di bawaah standar. Yayasan kami kami Yayasan Durian Indonesia akan melakukan bimbingan dengan mengganti durian dengan kualitas baik diharapkan nanti masyarakat Baduy mendapat pendapatan yang lebih dari durian." kata Iwan Subakti

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Tak banyak tempat di Indonesia yang masyarakatnya begitu menghormati durian seperti di Baduy.  Saat ribuan pohon durian ditebang untuk dimanfaatkan kayunya di Baduy  kearifan lokal masih kukuh menjaga tegakan durian lestari. Tegakan tak berarti apa-apa bila kualitas buahnya tak terjaga. 

Semoga dengan bimbingan dari pemerhati durian tentang pemupukan, seleksi durian dan penambahan jenis durian yang nilai ekonomi tinggi,  saya yakin 1 atau 5 tahun kedepan Baduy berkibar menjadi sentra durian yang diperhitungkan di Nusantara. Dan yang dipikul oleh Kalman dan Nardi bukan lagi durian seharga 15.000 tapi durian istimewa durian dari tanah Baduy dengan harga 500.000. Amiin. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
  

Baduy,  Januari 2018

Sigit Purwanto

Durian Traveler

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun