Mohon tunggu...
Peri Turnip
Peri Turnip Mohon Tunggu... lainnya -

... mengumpulkan lembar lembar A4

Selanjutnya

Tutup

Healthy

RSM-The Hospital 3

15 Januari 2014   12:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tiba saatnya kembali ke ruangan, berpisah dengan tetangga di ruang tunggu ICU. Ada sebuah telepon dari MS, abang rapi sedikitlah di rumah sakit, supaya perawatnya rajin dan baik merawat mama. hehe. dicoba nga ya?

Tetapi itu tampaknya sulit sekali, 24jam di rumah sakit, bahkan suatu ketika nyuci bajupun di rumah sakit. Dan berhubung sering jaga malam, pagi dan siang cenderung kebanyakan tidur, dan sesekali terbangun saat perawat control. Jangankan melihat sisi "rapi", mungkin perawatnya berpikir, "nih anak tukang tidur ya, perasaan tiap saya kesini selalu tidur". hehhehe

Tetapi pada akhirnya perawatnya baik2 semua, mungkin karena sering kami gombali, eheheh salah. sering di gombali saudaraku. Kalau sampai aku yang gombal, mkn benar kata "seseorang", yang keluar malah orasi soekarno, atau puisi ws rendra. ahahaha. ya sudahlah, saya nga ikut gombal, saya bantu membuat perawatnya tersenyum saja. atau memang pada dasarnya perawat disini baik baik. Jadi, (mungkin) masalah rumah sakit kita adalah masalah kebijakan. Rumah sakit tidak berani gaji dokter cukup, sehingga dokter kebanyakan "nyambi", kerja di banyak rumah sakit, akibatnya hanya visit beberapa jam. Dan akhirnya pelayanan kurang. Tentu perawat yang stand by di rumah sakit menjadi korban kekesalan kel. pasien. Ini yang harus di benahi. Bagaimana caranya dokter penuh di satu rumah sakit.

Ada banyak hal menyangkut perbaikan rumah sakit kita, salah satunya tentang "bagaimana seseorang menjadi dokter?". konon katanya, dibeberapa universitas, kursi fakultas kedokteran teegantung uang, artinya anda mampu bayar, anda dapat kursi FK. Semoga saja ini tidak benar. Yang kedua, bagaimana anak FK di kampus, tdk perlu saya jelaskan, karena juga kebetulan di kampusku
tidak ada FK. Tetapi katanya beda dengan anak-anak fakultas lain. Itu kenapa saya suka "lelucon" temanku, sebelum anda di periksa dokter, tanya dulu. Lulusan mana? Akreditasnya apa? bisa jadi pas ujian nyontek. jadi waspadalah sebelum di suntik . Mungkin akumulasi dari kebijakan rumah sakit, seleksi mahasiswa baru, dan kehidupan di FK lah yang melahirkan dokter "taman kanak-kanak" seperti pengalamanku dulu. Waktu itu, kami membawa ibu dari samosir menuju medan, sampai di medan pukul 9 pagi. Dan melapor ke dokter yang bersangkutan. Dokter tersebut berjanji akan visit sore hari, namun sampai malam hari dokter pun tak kunjung datang. Saat di telepon "beliau" berhalangan hadir karena hujan. Apa tidak ada alasan yg lebih logis? tidak datang karena hujan, itu macam alasan anak tk saja. soalnya, kalau anak sd tdk datang karena hujan, pasti di hukum guru. Dan ketika kami protes terhadap perlakuan dokter tk tersebut, rumah sakit menyuruh dokter umum, periksa bentar, lalu keluar pernyataan pindahkan ke ICU, itu pertama kali menuju ICU. Saya jadi curiga, jangan- jangan ada SOP nya, ketika kel.pasien protes, pindahkan saja ke ICU.

Buat kawan-kawan anak FK, jngan marah ya... ini bukan sindiran, ini base on true story, ini atas nama cinta jugankok, semoga kelak kita punya rumah sakit yang benar, dan semoga kelak kamu menjadi dokter yang terbaik.

Oh ia, waktu masih di ICU, bu mega sering titip barang, saat dia lagi mandi atau lagi keluar. Begitupun sebaliknya. Dan saat masih di ICU, bu mega juga datang jenguk mama. Benar benar tetangga yang baik. dan beberapa hari yang lalu, masih bertemu. Syukurlah nenek juga sudah pindah ke ruangan.

Sbagai penutup, jadikanlah sekitar kita menjadi keluarga, juga jadikan keluarga menjadi sekitar kita.

Keluarga (sedarah) yang menjauh, jangankan menjenguk, sms pun tidak, belum tentu lebih keluarga dari bu Mega, penghuni ruang tunggu ICU.

kalau ada yang sakit, segeralah berobat.
kalau ada yang salah, segeralah dimaafkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun