Telaga Paca yang terletak di desa Telaga Paca menawarkan panorama alam yang indah dan asri. Lokasi telaga dengan latar belakang gunung dan bebukitan serta dikelilingi hutan rindang menjadikan tempat ini sebagai tempat rekreasi alam bebas yang menyenangkan. Air telaga yang tenang membuat kegiatan berperahu dan memancing di tempat ini sangat disarankan. Apabila anda Aatang berkunjung ke tempat ini, berdirilah di atas tebing talaga untuk mendapatkan pemandangan sekitar talaga yang menarik. Konon Talaga ini menyimpan legennda Mememua dan Kobubu.
Tersebutlah seorang gadis bernama Memeua yang tinggal ditengah hutan bersama beberapa keluarga, Karena tinggal dihutan jarak antar rumah satu dengan rumah yang lain berauhan. Pada suatu hari datanglah seorang lelaki berasal dari Galela bernama Kobubu. Akhirnya mereka saling jatuh cinta akhirnya memutuskan untuk menikah. Mendekati hari pernikahan Kobubu memohon kepada Memeua untuk pergi sebentar ke kampung halamannya di Galela. Permintaan Kobubu dipenuhi dengan satu syarat yaitu harus membawa air telaga secukupnya yang berasal dari Gelela. Sekembalinya dari Galela, dibawalah air dalam seruas bambu yang dibawa Kobubu. Melihat hal tersebut Memeua senang dan menuangkan sebagian air kedalam bejana dan sebagianya lagi dituangkan ke dalam tanah yang sudah dibuatkan lubang kecil seukuran batok kelapa. Untuk mencegah air agar tidak kotor Memeua menutupnya dengan batok kelapa. Keanehan terjadi keesokan harinya, lubang air yang ditutupi tempurung kelapa akhirnya melebar dan membuat tempurung kelapa yang menutupinya mengapung diatas air. Melihat hal itu Mememua menutupnya kembali dengan menggunkan tikar yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Keesokan harinya kali ini tidak hanya Memeua dan Kobubu yang terkejut, melainkan penduduk desa juga terkejut, karena air yang di tampung Memeua semakin melebar dan siap menenggelamkan desa tersebut. Akhirnya penduduk lari menyelmatkan diri dengan mengambil barang berharga yang dibawa dari rumah, sementar pasangan suami istri ini menyelamtakan diri secara terpisah. Memeua lari kearah tenggara sedangkan Kobubu lari kearah barat laut. Gelombang air menyebar menenggelamkan pemukiman penduduk dan mengejar warga yang menyelamatkan diri termasuk pasangan Memeua dan Kobubu. Memeua berlari menyelamatkan diri dengan cara memegang pada batang pohon Torobuku, ganasnya air yang menghampiranya memutuskan Memeua untuk berkorban demi terhentinya air dengan cara booteke yaitu proses gaib dengan menyatukan diri kedalam pohon. Memeua berucap kepada air agar berhenti mengelair cukup sampai disini dan jangan melebar, Memeua juga mengatakan kepada air agar mengalir ke kali Mawea ajaibnya air yang tadinya mengamuk menuruti kemauan Memeua. Sementara itu Kobubu bernasib tidak berbeda ia mengorbankan dirinya sebagai pembatas bagaian barat agar air berhenti mengalir dan tidak meluas. Menurut kepercayaan Masyarakat Halmahera Utara mereka percaya jika muncul gelembung-gelembung air ditengah Talaga Paca adalah perwujudan dari Kobubu yang sedang bernapas. Sedangkan pohon Torobuku yang berada di tepi Talaga Paca adalah perwujudan dari Memeua yang melakukan bootake.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H