[caption id="attachment_171621" align="alignnone" width="640" caption="Mencintai Lingkungan dimulai dengan pendidikan sejak dini "][/caption] Jelang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) gelombang unjuk rasa seakan tidak pernah berhenti untuk menolak kenaikan harga BBM. Seperti diberitakan Kompas.com Kamis (29/3/2012), unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak kembali terjadi di beberapa titik di wilayah Jakarta. Bahkan, diperkirakan massa yang datang akan jauh lebih besar dibandingkan unjuk rasa yang berlangsung Selasa (27/3/2012). Ketika mengomentari hal ini saya juga akan bingung, karena disatu sisi kenaikan harga BBM mau tidak mau membuat saya berputar otak untuk menghemat disana sini mengingat kenaikan harga BBM berimbas pada meningkatnya kebutuhan hidup dan juga sektor yang lain. Hanya saja dengan berita diatas saya teringat dengan cerita rekan-rekan saya yang berada diluar jangkauan tangan pemerintah (sebut saja daerah terpencil di Indonesia) mereka sudah merasakan harga Premium mencapai Rp 10.000-15.000 Perliter padahal disaat yang sama harga bbm di POM masih 4500 per liter. Untuk mendapat harga bbm Rp 4500 mereka harus menempuh perjalanan relatif sangat jauh dan berliku, bahkan jika di estimasi melibihi harga bensin eceran yang di jual  seharga Rp. 10.000-, JIka BBM Naik, APa Imbasnya? Jika BBM naik nanti, bisa dibayangkan berapa harga bensin yang ada di daerah, dan Anda mungkin bisa berfikir lebih jauh lagi apa dan bagaimana akibat yang akan ditimbulkan, saya rasa seluruh rakyat Indonesia sangat setuju jika kenaikan BBM di iringi dengan perbaikan sarana dan prasarana yang menunjang hajat hidup orang banyak sesuai yang sesuai diamanakan oleh UUD 45. Berikut ini tulisan yang saya dapat dari sms yang saya terima untuk jadi bahan renungan "Kami masyarakat di daerah SETUJU kenaikan harga BBM. Rp 6500 / liter pun tak jadi masalah yang penting POM bensin jangan kosong. Toh kami terbiasa membeli bensin eceran yang harganya 18.000 lebih. Hingga kalau kekosongan kami bisa beli bensin hingga 70.000 per liter. Jadi kalian sebelum demo BBM naik coba pikirkan nasib kami yang tinggal di daerah. Minyak kami kalian SEDOT untuk supply ke Pulau JAWA, sedangkan kami kekosongan di POM bahkan sampai ber minggu2 sudah hal biasa. Kalian di Pulau JAWA kekosongan di POM baru 1 atau 2 hari sudah ribut luar biasa di liput media. INGAT!!! Indonesia bukan hanya Pulau JAWA". Tulisan diatas mohon disikapi dengan akal sehat bukan dengan emosi sesaat, saya yakin orang yang menulis sms diatas tidak bermaksud rasial atau lain sebagainya hanya mencoba mengingatkan bahwa bbm naik semua orang susah, bahan sebelum naikpun sudah banyak yang kesusahan. Jai bijak rasanya mencri solusi yang konkrit bukan hanya bantuan uang  yang bikin sesat. Pemimpin dan Rakyat yang Peduli Lingkungan Masih diingat dalam ingatan saya tentang pelajaran yang saya dapat kala duduk di Sekolah Dasar bahwa negeri ini adalah  anggota OPEC karena mampu mengekspor minyak seseluruh dunia, dan melalui minyak itu mampu membangun negeri ini. Tetapi saat ini Indonesia menjadi negeri yang mengimpor minyak bumi tragisnya operator yang mengelola minyak bumi ini selalu rugi :( Nasib-nasib, apa karena disebut tanah surga bangsa ini terlalu banyak berleha-leha dalam kenikmatan dan berfoya-foya dengan kelebihan yang diperoleh negeri ini sehingga lupa untuk merawat dan mengembangkan apa yang ada. Sebagai salah satu contoh selain minyak bumi yang sudah impor, sebentar lagi menyusul hutan mungkin akan mengimpor kemudian, air bersih, dilanjutkan pangan dan lain sebagainya. Saya akan bertanya kepada Anda semua jika tidak ada minyak bumi, gas dan yang berhubungan dengan barang tambang apakah akan kiamat?  Apakah tidak ada cara lainnya, lalu bagaimana jika hutan di Seluruh Indonesia hilang masihkah kalian mencari BBM? Saat ini dibutuhkan pemimpin dan rakyat yang berjiwa mencintai lingkungan dan alam, agar apa ketika suatu hari nanti BBM sudah punah kita akan tenang-tenang saja pasalnya apa BBM sudah diganti dengan berbagai macam inovasi misalnya BBMnya diganti dengan minyak kelapa, jarak, ekstrak nanas atau mungkin tenaga surya, angin, bahkan air. Bukankah kita telah bangga memiliki siswa-siswa yang kratif yang mempu membuat mobil listrik? Sepeda listrik? robot? pesawat terbang dan kereta api? Bukankah negera ini memiliki mahasiswa yang kratif dengan berbagai inovasinya? apa yang kurang ? Jadi jika ada pemimpin dan rakyat yang memiliki visi cinta lingkungan maka ada atau tidak adanya kenaikan BBM  tidak akan berpengaruh. NB : Tulisan ini terinspirasi dari seorang petani yang menunggu janji  pemerintah yang konon akan memanfaatkan jarak pagar menjadi bahan bakar massal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H