Mohon tunggu...
Azis Turindra Prasetyo
Azis Turindra Prasetyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fasilitator dan Staff HRD SAsi

Seorang yang gemar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kisah Penasihat dan Seorang Putri

13 Desember 2013   17:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:58 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tersebutlah sebuah kerajaan yang memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah, rakyat sangat sejahtera tidak ada kekurangan sedikitpun, kerajaan ini dipimpin seorang ratu yang sudah tua namun bijaksana,  dibawah kepemimpinannya roda perekonomian kerajaan berjalan dengan sangat baik, sehingga setiap sendi-sendi kehidupan disana tidak ada kekurangan.

Ratu ini memiliki seorang putri yang memiliki wajah cantik jelita, suatu hari sang ratu berbicara kepada putrinya, “wahai anakku sebentar lagi engkau akan menggantikan aku, untuk memimpin kerajaan jadilah pemimpin yang adil dan bijaksana bagi rakyatmu, dan jadilah seorang yang bermanfaat dan juga bersabar” ujar sang ratu.

Sang putri pun mengamini apa yang di katakan ibunda, beberapa bulan kemudian tersiar kabar dari kerajaan bahwa sang  ratu wafat, kerajaan dan rakyat berkabung atas kepergian sang ratu. Mereka berkabung selama 3 hari mengenang perginya sang ratu.

Sesuai dengan wasiat dari ratu maka sang putri diangkat menjadi pemimpin kerajaan, dan rakyat pun berharap agar sang putri bisa memimpin dengan baik dan mampu bijaksana seperti ibunya. Waktu berjalan dengan cepat kerajaan yang awalnya makmur mengalami kemunduran, roda perekonomian tidak berjalan dengan baik, dan rakyat mulai hidup dalam kesulitan.

Sang putri tidak bisa menjalankan kerajaan dengan baik karena tabiatnya tidak baik, ia lebih suka bermain, tidak perduli dengan laporan kerjaaan, dan tidak fokus dengan apa yang sudah di program kan kepadanya, terlebih ketika sudah tidak nyaman ia akan meninggalkan pekerjaannya tanpa menyelesaikan terlebih dahulu.

Suatu hari singgahlah seorang pengembara di wilayah kerajaan, ia heran mengapa kondisi kerajaan ini sangat menyedihkan, kemudian sang pengembara bertanya kepada penduduk sekitar tentang kondisi yang sebenarnya. “Disini  semenjak ratu mangkat kehidupan kami menjadi tidak beraturan, pengganti ratu tidak bisa berbuat apa-apa” ujar penduduk, “Ada apa dengan pengganti ratu?” tanya sang pengembara heran,  kemudian penduduk tersebut menjelaskan tindak tanduk kelakuan sang putri,  mulai dari malas, egois, tidak fokus, cuek dan suka bermain.

Mendengar keluh kesah tersebut sang pengembara merenung untuk mencari jalan keluar agar para penduduk tidak hidup susah. “Baiklah antarkan aku kepada putrimu, dan apa yang putrimu sangat senangi?” Tanya sang pengembara kembali. Penduduk menjelaskan sang putri sangat senang dengan pakaian berwarna biru dan juga batu-batu perhiasan berwarna biru. “Baiklah kalau begitu semua syarat itu sudah saya bawa”ujar pengembara.

Sampailah pengembara di kerajaan untuk menemui putri, “Aku ingin bertemu dengan sang putri , sampaikan aku adalah pengembara yang membawa kain terbaik dari penjuru dunia dan juga batu-batu berharga berwarna biru” pinta pengembara kepada  penjaga. Sang penjaga kemudian masuk ke istana untuk melaporkan kepada sang putri. “Panggil dia kemari aku ingin melihat kain dan batu yang dia bawa dari penjuru dunia” pinta sang putri kepada penjaga.

Sang pengembara akhirnya bertemu dengan sang putri, “Ampun tuan putri hamba hanya seorang pengembara dan hamba hanya ingin mempersembahkan apa yang hamba dapat selama mengembara kepada tuanku. “ ujar sang pengembara. Kemudian sang putri pun menerima hadiah dari pengembara dan dia sangat menyukainya.  “Baiklah pengembara saya terima hadiahnya, dan sebagai gantinya, apa yang kamu inginkan di kerajaanku” .

Lalu sang pengembara pun mengutarakan apa maksud dan kedatangannya di kerajaan ini, ia memaparkan segala hal yang ditemui saat berkeliling sebagai pengembara dan juga saat bertemu dengan rakyat kerajaan yang hidup susah.

“Jika di ijinkan saya akan membantu tuan putri dalam mengawal, mengawasi dan juga bertindak kepada rakyat” ujar pengembara.  Sejenak sang putri berfikir dan kemudian sang pengembara di terima tetapi dengan syarat.

“Baiklah jika kamu berhasil membantu kerajaan ini maka kamu akan saya angkat sebagai penasihat kerajaan, jika  tidak kamu harus pergi dari kerajaan ini” perintah sang putri.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, maka tampaklah perubahan di masayrakat, mereka sudah tidak hidup susah lagi dan perekonomian juga maju, sesuai dengan janji sang pengembara diangkat menjadi penasihat kerajaan.

Waktupun berlalu cepat, datanglah seorang tamu yang menemui sang putri, tamu ini istimewa karena ia mampu mengambil alih pikiran sang putri dengan puisi dan sajak-sajak yang dibuatnya. Tamu istimewa ini adalah seorang pujangga, setiap sajak yang dibuatnya membuat sang putri jatuh hati.

“Ampun tuan putri, bukannya hamba lancang, tapi baiknya tuan putri tidak ikut dengan kebiasaan pujangga tersebut, lebih baik ia keluar dari kerajaan ini “ ujar sang penasihat memberi nasihatnya.

Namun tuan putri tidak menggubris nasihat dari sang penasihat tersebut, ia malah asyik dengan sajak-sajak sang pujangga.

Esoknya sang penasihat mengundurkan diri dari kerajaan dan pamit kepada tuan putri. “Maaf tuan putri saya mundur dari penasihat, karena menurut saya tuan putri sudah  bisa mengambil keputusan dengan bijaksana.” Ujar sang penasihat.

Sang putri tidak memberi jawaban karena asyik dengan puisi-puisi yang dibuat oleh pujangga. Dengan langkah yang mantap sang penasihat pergi, kembali  menjadi pengembara dan sebelum benar-benar pergi sang penasihat menuliskan pesan untuk sang putri yang berisi jika suatu saat nanti ingin bertemu, maka ia harus mencari di sebuah tempat yang amat sunyi ditengah hutan,

Sang putri seolah tidak pernah mengerti kondisi sekitarnya, kondisi kerajaannya, kondisi rakyatnya,, karena terlampau banyak mempercayai sang pujangga dengan syair dan sajak-sajak yang membuat terlena.

Benar saja kondisi kerajaan dan perekonomian masyarakat mulai kacau, dan tidak terkendali sehingga rakyat kelaparan dan mereka  menuntut sang putri untuk mundur dari kerajaan.

Melihat situasi ini sang tuan putri tersadar atas perbuatannya selama ini termasuk membiarkan sang penasihat pergi, dan malah membiarkan sang pujangga berada di istana. Untuk menebus kesalahannya sang putri pun mengusir sang pujangga, dan kemudian ia berbicara dengan rakyatnya agar bersabar dan memohon ijin untuk mencari penasihat  yang selama ini menemaninya.

Akhirnya sang putri menemukan sang penasihat sesuai dengan petunjuk surat yang ditinggalkan oleh penasihat. “Kembalilah tuan putri, kembali ke kerajaanmu, mereka membutuhkanmu” ujar sang penasihat.

Sang putri tidak beranjak dari tempatnya berdiri ia malah kembali mengajak sang penasihat untuk kembali ke kerajaan. “Maaf tuan putri, bukannya hamba tidak mau kembali, tetapi saya melihat tuan putri saat ini sudah bijak dalam menyikapi sebuah permasalahan. Ujar sang penasihat.

Yang terpenting dalam memimpin kerajaan adalah tetap fokus, jujur, adil dan juga tidak sombong tambah sang penasihat. Mendengar perkataan ini sang putri pun pamit pulang dan kemudian perlahan tapi pasti kondisi kerajaan menjadi lebih baik dan rakyatnya pun hidup dengan kemakmuran.

@azisturindra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun