Mohon tunggu...
Azis Turindra Prasetyo
Azis Turindra Prasetyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fasilitator dan Staff HRD SAsi

Seorang yang gemar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yuk Intip Tradisi Ruwah Rasul di Delanggu

19 Juli 2011   05:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311054564764879769

Budaya dan tradisi sudah mengakar kuat di berbagai penjuru dan pelosok di Indonesia, menjelang bulan puasa di berbagai desa khusunya di wilayah kabupaten Klaten mengadakan sebuah keduri massal. Ada yang menyebutnya sebagai tradisi nyadran, dimana hampir seluruh warga desa datang untuk berziarah dan menyajikan makanan dan dimakan bersama di areal pemakaman. [caption id="attachment_120308" align="aligncenter" width="538" caption="Ruwah Rasul "][/caption] Namun istilah nyadran di dukuh Mendak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, memiliki isrilah tersendiri, mereka menyebutnya sebagai tradisi Ruwah Rasul. Warno salah satu panitia kegiatan ini menjelaskan radisi Ruwah Rasul merupakan ritual tilik kubur yang selalu digelar turun temurun setiap tahun menjelang bulan Puasa. Kegiatan ini diyakini masyarakat sebagai bentuk untuk mengingatkan diri bahwa semua akan menghadapi akhir kehidupan. Bahkan warno menjelaskan tradisi ini diikuti hampir semua keluarga yang sudah sukses dan mapan di tempat perantauan di seluruh penjuru Indonesia. “Setiap bulan Ruwah mereka pulang kampung untuk menggelar tradisi ini,” ujarnya Hidangan yang disajikan dalam ritual ini adalah  tumpeng, nasi nasi ingkung, sambel goreng, lauk-pauk, jajan pasar, suruh ayu, kinang ayu dan buah-buahan segar dari rumahnya menuju makam desa. Dalam pelaksanaannya ketika seluruh warga sampai dimakam merkea akan mengelilingi rancakan sambil menata aneka makanan yang siap disantap bersama. Setelah itu akan dilaksanakan doa bersama, usai selesai para warga akan saling berebut untuk mendapatkan makanan yang disukai. Dalam kegiatan ini juga dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk di bangsal kompleks makam desa menampilkan sejumlah dalang, di antaranya Ki Warsito "Pethuk" dan Ki Sudadi Honosaputro.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun