Senin kemarin, warga Jakarta kembali kebanjiran. Jalanan protokol ibukota, mulai dari jalan Sultan Iskandar Muda di Jakarta Selatan, hingga jalan Letjen S Parman di Jakarta Barat, juga ruas tol Kemayoran-Tanjung Priok di Jakarta Barat hingga Jalan Cikini Raya di Jakarta Pusat rata digenangi air. Dari semata kaki, hingga sepinggang orang dewasa. Mobil, motor, orang, warung, toko, rumah hingga gedung perkantoran tak lepas dari dampaknya.
Banyak yang mengeluh, lebih banyak lagi yang kambuh penyakit lamanya, saling menyalahkan. Banjir ini salah si A, banjir ini akibat ulah si B, banjir ini karena Gubernur C, banjir ini warisan Gubernur D dan masih banyak lagi.
Perang opini pun kembali memanas di sosmed. Semua saling serang. Pihak sini menyalahkan pihak sana. Pihak sana tak mau kalah balik menimpakan kesalahan pada pendahulunya.
Salah siapa sebenarnya banjir Jakarta ini?
Banjir Jakarta adalah salah kita semua. Salah semua warga Jakarta, salah pemerintah Jakarta, salah semua wakil rakyat Jakarta, salah semua perusahaan, ormas, lembaga dan siapapun yang tinggal dan mencarihidup di Jakarta.
Banjir ini bukan salah Gubernur Anies semata. Bukan juga salah Ahok atau Djarot saja. Bukan hanya salah MRT, atau komunitas pecinta pohon, apalagi hanya salah petugas pompa air di Dukuh Atas yang lalai melaporkan kerusakan mesin yang jadi tanggungjawabnya.
Banjir Jakarta adalah potret muram kita semua manusia Jakarta. Kita malas mengurusi lingkungan sekitar. Kita buang sampah sembarangan. Kita sibuk membangun dan membangun tanpa mengindahkan daya dukung lingkungan. Kita rakus memangkas pohon-pohon di wilayah penyangga ibukota sementara riuh mereklamasi pantai demi membangun perumahan mewah. Kita pula yang memelas minta diijinkan tinggal di pinggiran sungai sementara tak peduli menjaganya dari sampah yang kita buang di dalamnya.
Kita warga Jakarta adalah manusia-manusia tak tahu diri. Kita yang salah, namun kita main tunjuk muka ke orang lain. Kita mengeluh akan hasil dari perilaku kita sendiri. Jika banjir tak mampu menyadarkan kita akan buruknya mentalitas bersama ini, entah bencana alam apa lagi yang bisa membuat kita mau berpikir dan memperbaiki diri.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H