Mohon tunggu...
Tuntas Hartini
Tuntas Hartini Mohon Tunggu... -

seorang ibu rumah tangga yang sedang berusaha aktif menulis.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Magic Bus (5): National Museum of the United States Air Force

29 April 2011   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:16 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sabtu, 23 April 2011 yang lalu, Magic Bus menuju ke National Museum of the United States Air Force (NMUSAF). Museum ini terletak di Wright-Patterson Air Force Base di Dayton, Ohio. Saat ini, Wright-Patterson merupakan markas angkatan udara terbesar yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Meski kawasannya bersebelahan dengan kampus Wright State University (WSU), tempat suami saya saat ini belajar, baru hari itulah saya dan suami bisa mengunjunginya. Seperti biasa, alasannya adalah masalah transportasi. Maklumlah, hidup di kota kecil di Amerika Serikat tanpa fasilitas mobil pribadi seperti kondisi kami sekarang, resikonya jadi tidak mobile:)

NMUSAF merupakan museum penerbangan militer yang terbesar dan tertua di dunia. Museum tersebut terbagi menjadi tiga hangar yang saling terhubung. Dengan koleksi lebih dari 360 pesawat dan rudal, museum ini menjadi tujuan penting bagi para penggemar pesawat maupun wisatawan yang berkunjung ke negara bagian Ohio. Setidaknya ada sekitar 1,3 juta pengunjung setiap tahunnya. Koleksi pesawat dan barang-barang lain di museum ini, volumenya benar-benar sesuai dengan aslinya. Jadi kita seperti dibawa masuk ke area penyimpanan pesawat, dengan berbagai tahun pembuatan dan modelnya.

Mengapa museum sepenting itu bisa ada di kota kecil Dayton, Ohio? Karena kota tersebut merupakan kota penting dalam dunia penerbangan. Di Dayton-lah Wright Brothers lahir, tinggal, dan wafat. Pesawat yang mereka rakit pun menjadi cikal bakal perkembangan pesawat terbang. Tak heran jika di plat mobil Ohio seringkali terlihat slogan: Ohio, Birthplace of Aviation. Bahkan di pinggir-pinggir jalan kota Dayton akan dengan mudahnya ditemukan miniatur pesawat terbang yang dipasang di tiang penerangan jalan. Warna-warninya yang mencolok semakin menegaskan identitas Dayton sebagai kota lahirnya pesawat terbang. Hari itu kami hanya bisa menyelesaikan dua hangar utama. Di dua hangar tersebut kami melihat koleksi di masa-masa awal dunia penerbangan. Di bagian ini sebagian besar areanya didedikasikan untuk Wright Brothers. Salah satunya dengan menampilkan replika pesawat serta atraksi mereka saat bereksperimen di Huffman Prairie Flying Field. Kami juga melihat pesawat-pesawat dan benda-benda bersejarah yang digunakan pada Perang Dunia I. Juga ada cerita heroik bagaimana angkatan udara Amerika Serikat menjadi salah satu komponen yang dibanggakan di Perang Dunia II. Suasana perang di Korea dan Vietnam juga memiliki porsi tersendiri, karena peran Amerika di kedua momen itu memang cukup besar. Selain pesawat, ditampilkan pula koleksi seragam atau baju dinas, tanda jasa, ataupun atribut-atribut lain milik beberapa pahlawan perang. Hangar ketiga, yang tidak sempat kami kunjungi, dibuka untuk umum pada tahun 2004. Di area tersebut selain berisi koleksi pesawat pada masa Cold War, juga menampilkan koleksi rudal dan pesawat antariksa. Sayangnya, meski sudah berjuang keras dan serius, NMUSAF gagal mendapatkan salah satu dari empat pesawat ulang-alik yang dipensiunkan oleh NASA. Pesawat ulang-alik Atlantis diserahkan pada Kennedy Space Center di Florida, Endeavor diserahkan pada California Science Center di Los Angeles, Discovery diserahkan pada Smithsonian Air and Space Museum di Virginia dan Enterprise diserahkan pada Intrepid Sea Air Museum di New York City. Kegagalan mendapatkan tambahan koleksi tersebut sempat menjadi headline di Dayton Daily News. Menanggapi kegagalan mendapatkan koleksi pesawat ulang-alik tersebut, pihak MNUSAF menghormati penuh keputusan NASA. Kini museum tersebut terus berbenah dan bekerja keras mewujudkan hangar keempat yang nantinya menjadi tempat untuk Presidential Aircraft Gallery, Space Gallery, dan Global Reach Gallery yang menampilkan pesawat kargo dan pesawat pengisi bahan bakar di udara. Saat ini pesawat kepresidenan ditempatkan di hangar khusus yang berjarak sekitar 2 mil dari bangunan utama. Untuk menuju ke hangar tersebut, disediakan shuttle bus hanya pada jam-jam tertentu. Area lain yang bisa diakses dengan shuttle bus adalah R&D Gallery. Disitu pengunjung bisa melihat keunikan pesawat yang didesain, misalnya pesawat supersonik XB-70 Valkyrie yang kecepatannya tiga kali kecepatan suara. Karena terbatasnya waktu, menjelang pukul tiga sore, kami buru-buru menuju ke IMAX Theater . Berbeda dengan museum yang bisa kami kunjungi dengan gratis, untuk menonton film 3D yang diputar disitu, pengunjung diwajibkan membeli tiket yang berharga $6.5/orang. Hari itu kami menonton film Hubble. Film dokumenter berdurasi 43 menit tersebut bercerita mengenai misi NASA memperbaiki teleskop raksasa Hubble. Melalui film tersebut, penonton seakan benar-benar masuk ke markas NASA dan melihat para astronot dan tekniksi Hubble mempersiapkan diri sebelum terbang ke antariksa. Sisi dramatis terasa benar saat proses perbaikan Hubble berlangsung. Kecanggihan grafis yang disajikan makin menghanyutkan penonton yang seakan turut serta berpetualang menuju stasiun luar angkasa yang terletak di ketinggian 353 mil di atas permukaan bumi itu. Menilik luasnya area pameran serta terbatasnya waktu yang tersedia, dari awal kami kami berdua sudah tak yakin bisa melihat semua koleksi yang ada pada hari itu juga. Ya, jatah waktu efektif  kami hanya sekitar tiga jam. Itu pun sudah termasuk waktu menonton film di IMAX. Jadi jika ada kesempatan lagi, tentu kami ingin kembali ke museum tersebut. Kami akan luangkan waktu sehari penuh untuk menikmati semua koleksi dan atraksi yang ada disana. Mudah-mudahan masih gratis seperti sekarang:)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun