Gabut menjelang tahun baru, akhirnya memutuskan nonton lagi film jadul berjudul "Sound of Music". Film yang sudah lama banget (keluaran 1965) yang aku bahkan sudah lupa detail ceritanya.
Ternyata, film ini sukses membuatku tidak beranjak dari sofa sampai tamat. Pantas jika film ini mendapatkan cukup banyak penghargaan di masanya.
Durasi panjang (sekitar 174 menit) tidak membuatnya membosankan, bahkan sebaliknya, membuat terus terpaku dengan jalan cerita yang tersusun apik dilengkapi dengan latar belakang alam yang luar biasa.Â
Rumah pak kapten Von Trapp yang begitu besar dengan taman begitu luas dan bahkan ada sungai (atau danau?) di belakangnya. Pegunungan Alpen yang menjadi latar belakang film ini, juga lagu-lagu yang menarikku ke masa lalu yang jauh. Lagu-lagu yang kurasa terus membekas hingga kini. Setidaknya 2 lagu yaitu yang berjudul Do-re-mi dan Edelweiss.
Film ini sempat diadaptasi kedalam film Indonesia berjudul "Nakalnya anak-anak" yang aku dulu juga pernah menonton. Dibintangi diantaranya oleh Ira Maya dan Dina Mariana yang menurutku sih tidak sekeren film aslinya.
Bernuansa Austria nan indah dimasa menjelang Perang Dunia kedua, film Sound of Music ini sontak membuatku membayangkan Ukraina dan Gaza. Tentulah negeri-negeri itu indah sebelum peperangan merusak segalanya.
Adakah para pemimpin itu, para pengambil keputusan itu, mampu melihat pentingnya keindahan keceriaan kebahagiaan yang harus terenggut karena peperangan?
Keluarga Von Trapp memutuskan melarikan diri ke perbatasan. Tak ingin kuketahui bagaimana akhir yang mungkin saja menjadi tragis bagi mereka. Namun, itu kini sudah menjadi tragis juga bagi mereka di Ukraina, Gaza, Plaestina, Lebanon dan entah mana lagi.
Film ini tidak hanya menonjolkan alam nan permai, bukan sekedar lagu indah namun juga tentang pentingnya kedekatan orangtua dan anak-anaknya, tentang pola pengasuhan, tentang kemampuan mencinta, dicinta dan juga ditolak cinta. Tentang makna hidup itu sendiri.
"Edelweiss...edelweiss.. Bless my homeland forever.."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H