Saat mengetahui sebuah info peluang menulis dari Blog Competition Tanoto Foundation begitu tertarik untuk mengikutinya. karena kebetulan saya menangkap sebuah permasalahan yang saat ini memang lagi urgentnya untuk segera dicari solusinya.
Cukup prihatin jika mengetahui perkembangan anak-anak, dan remaja saat ini. Para pelajar sekelas SD, SMP tidak jarang menjadi pelaku dalam sebuah kasus yang tak seharusnya mereka terlibat, dari kenakalan ringan bahkan hingga asusila pernah muncul menjadi berita. Geleng-geleng ketika Wali Kota Surabaya Tri Rhisma mengatakan pelajar SD menjadi langganan para pelacur yang sudah berusia lanjut. Masih satu kasus, dan banyak lagi kasus-kasus lain yang kemudian mengarahkan pada sebuah pertanyaan dimana peran pendidikan?
[caption id="attachment_377270" align="aligncenter" width="452" caption="Sumber : http://beritajogja.co.id/2013/01/11/kecanduan-game-online-anak-nekat-mencuri/"][/caption]
Lagi-lagi lingkungan. Jangkauan orang tua, para pendidik, dan guru dari anak-anak dan remaja akan terbatas jika harus mengetahui hingga detail pada lingkungan mereka, mereka bergaul dengan siapa saja? Aktivitas apa yang mereka lakukan, dan apa yang mereka sukai dalam sebuah lingkungan?. Belum lagi arus teknologi informasi yang demikian cepatnya berkembang, hal ini akan memberikan peluang masuk dengan mudah bagi arus negatif bisa terakses. Semua orang mengetahui, kata kunci apa saja akan mudah ditampilkan di jendela internet. Perkembangan teknologi juga memungkinkan teknologi sebagai sarana hiburan semakin lama kian variatif, semakin menarik. Maka akan semakin banyak polutan yang ‘mengotori’ lingkungan.
Saat lingkungan tak lagi sehat masa depan generasi penerus menjadi kekhawatiran, membayangkan 10 atau 20 tahun lagi bagaimana negeri ini. Teknologi internet misalnya, tanpa pengawasan setiap detik situs porno sangat mudah diakses. Hiburan lagi, perkembangan gadget memanjakan dengan game yang bisa diakses dan dimainkan kapan saja.
Sekarang apa yang menjadi harapan? sudah tinggal pendidikan. Dalam 24 Jam, dilingkup formal sekolah misalnya seorang pelajar yang terhitung siswa akan menghabiskan waktu rata-rata tujuh jam untuk belajar. Dipotong waktu istirahat tidur 8 jam. Dibandingkan waktu yang tersisa maka waktu belajar disekolah akan memiliki porsi yang lebih besar. Seorang guru memiliki kesempatan banyak untuk berinteraksi dengan siswa. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya interaksi pasti mengarahkan siswa untuk berfikir, sehingga terbentuk sikap dan pengetahuan yang lebih baik. Kemudian metode dipertanyakan, bagaimana tujuan tersebut bisa tercapai.
Metode yang diberikan seorang guru akan berkaitan dengan kompetensi yang ia miliki. Begitu banyaknya pengaruh dunia diluar sekolah akan menyita konsentrasi seorang siswa didalam proses belajar mengajar. Ini sebuah tantangan, bahwa guru saat ini harus mampu bertransformasi, mampu memiliki beragam kompetensi sehingga dapat menyediakan beragam konten yang menarik kembali perhatian siswa. Salah satunya menulis.
Bisa dipastikan, fasilitas teknologi yang ada akan menyita banyak konsentrasi seorang siswa. Kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang siswa tidak bisa dipungkiri untuk hilang secara perlahan. Kemampuan membaca. Rangkuman penelitian dalamsebuah buku berjudul The Shallows menyatakan bahwa candu teknologi yang dibawa ke otak akan menurunkan kemampuan membaca, sehingga siswa cenderung malas dengan hal-hal yang berbau ‘usaha’, lebih menyukai hal-hal yang instan. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Menuntut seorang pendidik untuk bisa menulis salah satunya.
Opini ini dibuat dengan judul “Transformasi Guru”, menjadi harapan bagi seorang guru saat ini memiliki kemampuan untuk bisa menulis. Jika dulu guru terkesan menyampaikan materi yang sudah tersedia dari buku, maupun kurikulum sekolah yang ditentukan maka saat ini guru dituntut mampu membuat sebuah naskah tertulis.
Kemampuan rata-rata sebuah kelas akan berbeda dengan kemampuan kelas lainnya. Begitupun, kondisi mereka, hal-hal yang mengalihkan konsentrasi mereka akan berbeda pula. Guru yang lebih banyak berinterasi dengan siswa setidaknya tau materi apa yang dibutuhkan murid saat itu. Materi yang mampu membawa kembali dunia para siswa pada dunia belajar. Ketika kebutuhan murid terpenuhi, maka siswa merasa nyaman dengan apa yang dipelajarinya, merasa belajar adalah dunianya. Ketika itu pula belajar menjadi benteng besarnya pengaruh luar. Sebuah harapan bagi saya semoga tulisan ini dapat dibaca seluruh para pendidik di Indonesia melalui #tanotofoundation, tetap berupaya melahirkan sumberdaya yang berkualitas melalui pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H