Sejarah pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Sekolah Rakyat (SR), sebuah sistem pendidikan dasar yang diperkenalkan pada masa kolonial Belanda. Meskipun lahir dalam konteks penjajahan, Sekolah Rakyat memiliki peran penting dalam membuka akses pendidikan bagi rakyat pribumi, meskipun dengan berbagai keterbatasan yang sengaja diterapkan oleh pemerintah kolonial.
Pada awal abad ke-20, pendidikan di Hindia Belanda sangat diskriminatif. Sistem pendidikan dibagi berdasarkan ras dan status sosial. Anak-anak Eropa dan kaum elite pribumi memiliki akses ke sekolah-sekolah yang lebih berkualitas, seperti ELS (Europeesche Lagere School), HIS (Hollandsch-Inlandsche School), dan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Sementara itu, mayoritas rakyat pribumi hanya diberikan kesempatan mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat yang kurikulumnya sangat terbatas, dengan tujuan utama mencetak tenaga kerja kasar yang bisa digunakan dalam sistem ekonomi kolonial.
Sekolah Rakyat awalnya dikenal sebagai Sekolah Desa atau Volkschool dan hanya berlangsung selama tiga tahun. Pendidikan yang diberikan berfokus pada keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung, dengan sedikit tambahan materi tentang keterampilan praktis yang dianggap berguna bagi masyarakat agraris. Pada tahun 1923, sistem ini diperbarui menjadi Sekolah Rakyat dengan masa belajar lima tahun, meskipun tetap jauh tertinggal dibandingkan dengan pendidikan bagi kelompok elite.
Keberadaan Sekolah Rakyat bisa dilihat dari dua sisi. Di satu sisi, sekolah ini memberikan kesempatan bagi rakyat kecil untuk mendapatkan pendidikan dasar, sesuatu yang sebelumnya hampir mustahil bagi mereka. Dengan bekal kemampuan membaca dan menulis, banyak lulusan SR yang kemudian mampu memperbaiki taraf hidup mereka, meskipun dalam skala yang terbatas. Di sisi lain, kebijakan pendidikan kolonial ini tetap mempertahankan ketimpangan sosial dengan memastikan bahwa rakyat pribumi tidak mendapatkan akses pendidikan yang bisa membawa mereka pada jenjang yang lebih tinggi dan posisi strategis dalam pemerintahan atau dunia usaha.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, sistem pendidikan mengalami perubahan besar. Sekolah Rakyat kemudian dihapus dan digantikan dengan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1950, yang memberikan pendidikan selama enam tahun. Perubahan ini menandai langkah besar dalam pemerataan pendidikan di Indonesia, di mana akses pendidikan dasar mulai dibuka untuk semua lapisan masyarakat tanpa diskriminasi rasial dan sosial. Kebijakan ini sejalan dengan visi Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan yang merdeka, inklusif, dan membangun kesadaran nasional.
Pelajaran yang bisa diambil dari sejarah Sekolah Rakyat adalah pentingnya akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa. Meskipun Sekolah Rakyat memiliki banyak keterbatasan, keberadaannya tetap menjadi cikal bakal sistem pendidikan dasar di Indonesia. Keberhasilan sistem pendidikan modern saat ini harus dilihat sebagai kelanjutan dari upaya panjang untuk mewujudkan pendidikan yang lebih adil dan merata.
Namun, meskipun Sekolah Rakyat telah lama digantikan oleh sistem yang lebih inklusif, tantangan dalam dunia pendidikan masih tetap ada. Kesenjangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, kualitas pengajaran yang belum merata, serta tantangan ekonomi yang masih membebani banyak keluarga dalam menyekolahkan anak-anak mereka adalah beberapa isu yang perlu mendapatkan perhatian serius. Dalam konteks ini, semangat awal dari Sekolah Rakyat—yaitu membuka akses pendidikan bagi seluruh rakyat—harus terus menjadi inspirasi dalam kebijakan pendidikan nasional.
Pendidikan seharusnya tidak hanya menjadi alat untuk mencetak tenaga kerja, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun individu yang mandiri, kritis, dan berdaya. Jika pada masa kolonial Sekolah Rakyat digunakan untuk mempertahankan status quo penjajahan, maka di era modern, pendidikan harus menjadi alat pembebasan yang memungkinkan setiap individu untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat. Inilah pelajaran penting yang dapat diambil dari sejarah panjang Sekolah Rakyat, yang meskipun terbatas dalam cakupan dan tujuannya, tetap memberikan fondasi bagi sistem pendidikan Indonesia yang lebih maju dan inklusif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI