Mohon tunggu...
Tundung Memolo
Tundung Memolo Mohon Tunggu... Penulis - Tentor dan Penulis Buku, dll

Mendapat kesempatan mengikuti diklat dan lomba hingga ke luar kota dan luar negeri dari kementerian sehingga bisa merasakan puluhan hotel bintang 3 hingga 5. Pernah mendapat penghargaan Kepsek Inspiratif Tingkat Nasional Tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis di Kompasiana Bersama Secangkir Teh Jawa Ber-teko Tentara

29 Januari 2025   06:06 Diperbarui: 29 Januari 2025   05:53 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teh Lokal (Sumber : Dokumen Pribadi)

Ketika udara sejuk ini berpadu dengan hangatnya teh di genggaman, rasanya seperti memeluk kedamaian. Pagi ini seolah memberi saya waktu untuk berpikir ulang tentang banyak hal, termasuk tentang artikel yang sedang saya tulis untuk Kompasiana.

Menulis di pagi hari adalah kegiatan yang menyenangkan, meskipun kadang disertai sedikit rasa ngantuk. Mungkin admin Kompasiana juga masih terlelap, sebab artikel saya sebelumnya belum kunjung menjadi pilihan utama. 

Namun, saya mencoba memahami—bukankah setiap tulisan punya takdirnya sendiri? Barangkali artikel itu sedang menunggu waktu yang tepat untuk ditemukan oleh pembaca yang benar-benar membutuhkannya.

Di sisi lain, ada kehangatan dari secangkir teh Jawa yang seolah memberikan semangat baru. Dalam tegukan pertama, rasanya lembut dan menenangkan. Dalam tegukan kedua, rasa manis alami teh mulai terasa, perlahan menyebar ke seluruh tubuh.

Kombinasi ini seperti bisikan lembut yang mengatakan, “Lanjutkan menulis, bagikan ceritamu.” Teko tentara di meja pun seakan menjadi saksi setia perjalanan saya hari ini.

Menulis sambil ngantuk memiliki romantismenya sendiri. Kalimat-kalimat mengalir dengan spontan, seperti aliran teh yang dituangkan dari teko klasik. Kadang, ide-ide liar muncul tanpa terduga, membawa tulisan ini ke arah yang tak pernah saya rencanakan. 

Pagi seperti ini mengingatkan saya bahwa menulis bukan hanya soal menyusun kata, tetapi juga tentang menyuarakan hati.

Tapi mari jujur—ada sedikit rasa kesal saat artikel sebelumnya belum mendapat apresiasi lebih. Barangkali ini sebuah pengingat bahwa proses lebih penting daripada hasil. 

Menulis bukan semata-mata untuk menjadi pilihan utama, melainkan untuk berbagi, menginspirasi, dan mungkin, menyentuh seseorang di luar sana.

Dalam hiruk-pikuk dunia digital yang serba cepat, ritual pagi ini terasa seperti pelarian kecil yang sangat dibutuhkan. Di balik secangkir teh Jawa dan teko tentara klasik, ada ruang untuk merenung, untuk menikmati hidup tanpa distraksi. 

Setiap tegukan teh, setiap tarikan napas dalam-dalam, dan setiap kata yang tertulis di layar adalah wujud dari rasa syukur atas waktu yang diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun