Mohon tunggu...
Tundung Memolo
Tundung Memolo Mohon Tunggu... Penulis - Kepala Sekolah, CEO Litbang Indomatika, Tentor/Pembimbing Olimpiade Matematika, penulis, dll

Mendapat kesempatan mengikuti diklat dan lomba hingga ke luar kota dan luar negeri dari kementerian sehingga bisa merasakan puluhan hotel bintang 3 hingga 5. Pernah mendapat penghargaan Kepsek Inspiratif Tingkat Nasional Tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

PAUD Panggung Drama Rebutan Mainan

27 Januari 2025   11:11 Diperbarui: 27 Januari 2025   09:58 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Masuk PAUD, alias Pendidikan Anak Usia Dini, adalah awal dari sebuah perjalanan panjang yang bakal mengarungi lautan wajib belajar 13 tahun. Ya, bayangkan saja, baru belajar ngomong lancar, sudah harus "sign up" untuk perjalanan pendidikan belasan tahun ke depan. 

Rasanya seperti daftar maraton tapi jaraknya sampai ke bulan. Tapi tenang, PAUD itu bukan kayak sekolah serius yang bikin kepala bocah kepanasan. PAUD adalah dunia mini yang penuh warna, mainan, dan gelak tawa. Intinya, di sinilah anak-anak mulai belajar bahwa dunia itu seru dan, kalau beruntung, penuh dengan perosotan.

PAUD yang bagus tentu punya standar emas yang satu ini: banyak mainan! Iya, nggak usah yang ribet-ribet ngajarin calistung (baca, tulis, hitung) dulu. Anak-anak itu murni jiwa bebas. 

Kalau mainan banyak, mereka bakal betah, bahkan mungkin bikin emak-bapak susah ngajak mereka pulang. Misalnya, PAUD dengan playground seluas lapangan bola lengkap dengan ayunan, jungkat-jungkit, hingga kolam bola raksasa—udah pasti anak-anak bakal nempel kayak perangko. 

Kalau bisa, tambahin juga mainan yang bisa bikin mereka eksplorasi, kayak balok-balok lego raksasa, dapur mainan, atau bahkan sudut seni tempat mereka bisa corat-coret tanpa takut kena omelan.

Tapi ada tantangan besar untuk para pengelola PAUD, khususnya guru-guru yang luar biasa sabarnya itu. Bayangin, menghadapi belasan bahkan puluhan anak kecil yang energinya kayak baterai yang nggak pernah habis. Ada yang loncat-loncat, ada yang tiba-tiba menangis gara-gara rebutan mainan, ada juga yang diem-diem ngecat tembok pakai cat air. 

Guru PAUD itu harus sabar level dewa. Mungkin, mereka juga perlu belajar yoga atau meditasi dulu sebelum masuk kelas biar nggak gampang stres.

Dan bicara soal anak-anak yang nggak mau pulang gara-gara terlalu asyik main, itu sebenarnya pertanda baik. Berarti mereka betah, nyaman, dan merasa PAUD itu rumah kedua. Jadi, kalau ada orang tua yang ngomel, "Aduh, anak saya susah banget diajak pulang!" pengelola PAUD bisa jawab dengan senyum: "Selamat, Bu! Itu tandanya kami berhasil!"

PAUD yang menyenangkan akan jadi pondasi pertama yang bikin anak-anak suka belajar. Karena kalau sejak awal aja udah senang sekolah, siapa tahu mereka bakal tumbuh jadi generasi yang nggak cuma cerdas, tapi juga penuh kreativitas dan humor. Lagipula, siapa yang nggak mau dunia dipenuhi orang-orang yang senyumnya tulus kayak anak kecil yang lagi main di PAUD?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun