Mohon tunggu...
Tundung Memolo
Tundung Memolo Mohon Tunggu... Penulis - Kepala Sekolah, CEO Litbang Indomatika, Tentor/Pembimbing Olimpiade Matematika, penulis, dll

Mendapat kesempatan mengikuti diklat dan lomba hingga ke luar kota dan luar negeri dari kementerian sehingga bisa merasakan puluhan hotel bintang 3 hingga 5. Pernah mendapat penghargaan Kepsek Inspiratif Tingkat Nasional Tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Karakter atau UN, Mana yang Lebih Prioritas

27 Januari 2025   07:07 Diperbarui: 27 Januari 2025   06:00 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kalau bicara soal pendidikan di Indonesia, kayaknya nggak ada habisnya, deh. Masalahnya tuh selalu sama: sistem pendidikan kita bingung mau fokus ke mana, pembentukan karakter atau sekadar ngejar angka dari ujian kayak UN? Ini jadi perdebatan klasik. 

Di satu sisi, kita semua tahu karakter itu penting banget—nggak ada gunanya pinter kalau nggak punya moral. Tapi di sisi lain, UN juga dianggap penting buat ngecek sejauh mana kemampuan akademik kita. Jadi, sebenarnya mana yang lebih prioritas?

Sebelum bahas lebih jauh, kita harus sadar dulu kalau sistem pendidikan kita masih punya banyak masalah. Kalau dibilang ada “dosa besar” di pendidikan, itu bukan lebay. Masih banyak banget yang salah di sini. Salah satunya adalah bullying atau perundungan. Ini tuh real banget, lho. 

Dari data UNICEF 2020, lebih dari 40% siswa pernah ngalamin perundungan, entah itu secara fisik, verbal, atau bahkan online. Bayangin, sekolah yang seharusnya jadi tempat aman buat belajar malah jadi tempat yang bikin trauma.

Belum lagi masalah intoleransi. Sebuah survei bilang 51% siswa punya pandangan yang intoleran. Serem nggak sih, kalau anak-anak muda yang katanya generasi penerus bangsa malah nggak bisa nerima perbedaan? Kalau sekarang aja udah gini, gimana nanti kalau mereka jadi pemimpin? 

Ditambah lagi, ada isu kekerasan seksual di lingkungan sekolah. Komnas Perempuan mencatat, kasus kekerasan seksual di sekolah itu terus naik. Ini tuh bukti nyata kalau pendidikan karakter di Indonesia masih belum jalan.

Nah, di tengah-tengah masalah kayak gitu, UN dulu sempat jadi patokan utama. Logikanya, UN itu buat ngukur sejauh mana siswa paham materi. Tapi masalahnya, UN cuma fokus ke nilai akademik. Jadi, yang penting lulus, nggak peduli cara belajarnya gimana. Anak-anak jadi belajar cuma buat ujian, bukan buat ngerti pelajaran. Banyak juga yang stres karena takut gagal, padahal nilai UN nggak selalu mencerminkan kemampuan atau potensi mereka.

Terus, ketika UN dihapus, digantilah sama Asesmen Nasional (AN). Awalnya AN ini diharap bisa lebih baik, karena fokusnya nggak cuma akademik, tapi juga literasi, numerasi, dan survei karakter. 

Tapi jujur aja, AN nggak terlalu ngefek ke siswa. Kenapa? Karena hasil AN cuma buat ngevaluasi sekolah, bukan individu siswa. Jadi ya siswa ngerasa nggak punya beban apa-apa. Banyak yang mikir, “Ngapain serius, toh nilainya nggak ngaruh ke aku.”

Sekarang pertanyaannya, gimana dong biar karakter dan evaluasi pendidikan bisa seimbang? Jelas kita nggak bisa pilih salah satu, karena keduanya sama-sama penting. Tapi yang harus digarisbawahi, pendidikan itu nggak cuma soal angka. Kita harus mulai dari pembentukan karakter dulu. Kalau karakter anak-anak kita udah kuat, mereka bakal ngerti pentingnya belajar, nggak peduli ada ujian atau nggak.

Sistem pendidikan kita juga perlu lebih kreatif. Misalnya, kenapa nggak bikin evaluasi yang nggak cuma soal nilai, tapi juga ngecek gimana anak-anak bisa kerja sama, berpikir kritis, atau punya rasa peduli sama orang lain? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun