Mohon tunggu...
Tundung Memolo
Tundung Memolo Mohon Tunggu... Penulis - Kepala Sekolah, CEO Litbang Indomatika, Tentor/Pembimbing Olimpiade Matematika, penulis, dll

Mendapat kesempatan mengikuti diklat dan lomba hingga ke luar kota dan luar negeri dari kementerian sehingga bisa merasakan puluhan hotel bintang 3 hingga 5. Pernah mendapat penghargaan Kepsek Inspiratif Tingkat Nasional Tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Sharenting? Anak Zaman Now, Gak Mau Jadi Konten Gratisan, Nih!

25 Januari 2025   14:14 Diperbarui: 25 Januari 2025   17:17 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Zaman sekarang, banyak orang tua yang demen banget nge-post foto atau cerita tentang anak mereka di medsos. Ya, praktik ini, yang dikenal dengan sharenting, memang udah jadi hal biasa. Tapi tahu nggak, ternyata anak-anak, terutama Gen Z dan Gen Alpha, mulai ngerasa kalau ini tuh nggak adil banget!

Menurut penelitian, anak-anak usia 9–13 tahun sering ngerasa kesel atau malu gara-gara orang tua mereka nge-post foto yang "nggak oke" tanpa izin. Misalnya, foto rambut acak-acakan, gaya yang nggak flattering, atau yang bikin mereka kelihatan “nggak keren” di depan teman-teman. Bahkan, ketika mereka minta foto itu dihapus, seringnya sih diabaikan sama orang tua.

"Bentar deh, Itu Kan Privasi Gue!"

Anak-anak zaman sekarang makin sadar soal privasi mereka. Mereka tahu, setiap foto atau cerita yang diunggah ke internet punya dampak jangka panjang. Nah, masalahnya, banyak orang tua ngerasa kalau mereka punya hak buat nge-post apa pun tentang anak-anak mereka. Alasan klasik? “Kan anak masih kecil, belum ngerti apa-apa.”

Padahal, anak-anak justru dua kali lebih sering bilang kalau orang tua harusnya minta izin dulu sebelum posting. Ini bukan cuma soal foto, tapi juga soal bagaimana anak-anak ngejaga citra diri mereka di dunia digital. Bayangin aja, kalau ada teman sekolah yang nemu foto-foto “cringe” dari masa kecil gara-gara sharenting, siapa coba yang malu?

"Bukan Cuma Posting, Ini Soal Hubungan"

Kalau orang tua terus-terusan nge-post tanpa mikir perasaan anak, ini bisa banget bikin hubungan jadi nggak sehat. Anak bisa ngerasa nggak dihargai, nggak didengerin, atau bahkan ngerasa jadi bahan konten aja. Ini yang disebut sama para ahli sebagai “privacy boundary turbulence” – istilah keren buat ngomongin konflik privasi antara orang tua dan anak.

"Jadi, Solusinya Apa?"

Sharenting emang nggak selalu buruk. Tapi, ada baiknya orang tua lebih hati-hati. Sebelum nge-post, coba deh tanya ke diri sendiri:

  1. Udah minta izin anak belum? Anak juga punya hak suara, walau masih kecil.
  2. Kira-kira ini bakal bikin mereka malu nggak pas gede nanti? Ingat, jejak digital itu susah hilang.
  3. Motivasinya apa? Apakah ini buat kebutuhan validasi diri sebagai orang tua, atau emang momen penting yang pengen diabadikan?

"Sharenting? Bijak Dikit, Guys!"

Di era digital, penting banget buat ngejaga keseimbangan antara berbagi momen bahagia dan ngelindungi privasi anak. Anak-anak Gen Z dan Gen Alpha makin ngerti soal pentingnya privasi, jadi orang tua juga harus ikutan upgrade cara berpikir. Intinya, sharenting itu bukan cuma soal nge-post, tapi soal ngehargain privasi dan hubungan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun