Akhir-akhir ini, kita dihebohkan dengan berita mengenai Pak Jokowi yang menjadikan mobil buatan siswa SMK N 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta sebagai mobil dinas walikota dan wakil walikota. Terlepas dengan komentar miring yang dilontarkan oleh Pak Bibit Waluyo, saya pribadi setuju dengan kebijakan yang dibuat oleh Pak Jokowi ini,. Hal ini bertujuan untuk mengapresiasi para siswa SMK yang telah merancang mobil ini jauh-jauh hari sebelumnya. Di tengah-tengah kegemaran para pejabat yang bermewah-mewahan, kebijakan Pak Jokowi ini patut diacungi jempol karena harga mobil Kiat Esemka hanya Rp 95 juta, sangat jauh jika dibandingkan dengan harga mobil dinas para menteri, yakni Toyota Crown Royal Salon yang harganya mencapai Rp 1,3 miliar. Soal kualitas, mobil ini juga tidak kalah. Walaupun belum memperoleh ijin dari Kementerian Perhubungan dan belum lolos tes emisi gas buang, namun mesin, interior dan body mobil ini cukup baik. Bahkan pengamat otomotif mengatakan bahwa sebagai pendatang baru, mobil Kiat Esemka ini sudah cukup mampu untuk bersaing di pasar otomotif Indonesia.
Ini adalah suatu momentum kebangkitan industri mobil nasional yang dahulu pernah dirintis di zaman orde baru, sebut saja mobil Perkasa dan mobil Timor. Mobil-mobil ini dahulu hampir berjaya jika tidak ada krisis moneter dan adanya campur tangan asing. Belum lagi adamobil nasional lainnya yang sudah mulai dikembangkan seperti mobil Tawon buatan PT Super Gasindo Jaya dan mobil Gea buatan PT INKA. Proyek mobil nasional ini akan terlaksana jika ada political will dari pemerintah melalui BUMN dan kementerian yang terkait. Tanpa ada political will yang kuat, maka keinginan bangsa ini untuk bisa memproduksi mobil sendiri hanya sebatas mimpi di siang bolong belaka. Selain itu, keteladanan dalam kepimpinan juga sangat diperlukan. Kampanye cintai produk Indonesia yang dicanangkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan akan sia-sia jika para pejabat di negeri ini masih enggan menggunakan produk dalam negeri. Oleh karena itu, terobosan yang dilakukan oleh Pak Jokowi ini sangat baik. Bayangkan saja jika Pak SBY juga ikut menggunakan mobil ini, otomatis nilai prestige-nya juga akan meningkat. Dengan meningkatnya nilai prestige, masyarakat pun tentunya juga semakin tertarik untuk membeli mobil buatan anak bangsa ini.
Jika mobil Esemka ini nantinya benar-benar akan menjadi proyek mobil nasional, maka hal ini akan menjadi kebanggan tersendiri bagi bangsa ini karena kita mampu membuat mobil dengan tenaga dan komponen dari dalam negeri. Malaysia, India, China dan negara berkembang lain sudah selangkah lebih maju daripada kita. Padahal, dari aspek sumber daya alam kita melimpah ruah. Sumber daya manusia kita pun tak kalah dengan mereka. Masih ingat dengan lomba irit BBM Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2011 yang lalu? Mahasiswa Indonesia saat itu menjadi juara lomba yang diadakan Sirkuit Sepang itu. Hal ini membuktikan bahwa SDM kita mampu bersaing di dunia otomotif. Khusus bagi siswa SMK yang biasanya dipandang sebelah mata, proyek mobil nasional ini menjadi kebanggaan tersendiri. Industri ini nantinya juga akan menyerap tenaga kerja dari SMK yang memang pada dasarnya sudah siap kerja. Jadi, mungkinkah bangsa kita bisa membuat mobil nasional? Jawabannya bisa. Sekali lagi semua tergantung pada political will dari pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H