Mohon tunggu...
TUN SAMUDRA
TUN SAMUDRA Mohon Tunggu... Politisi - Laki-Laki

SAYA MENULIS UNTUK 2 MANFAAT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa yang Bertanggungjawab atas Kasus Ina Si Nonong?

4 Maret 2016   10:58 Diperbarui: 4 Maret 2016   13:36 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fantastis ! ISN (inisial) mendadak populer, anak yang baru tamat sekolah dasar tersebut dengan segera telah menarik respon publik serta seorang laki-laki ganteng disampingnya itu telah menjadi kon[caption caption="sumberfoto: sumut.pojoksatu.id"][/caption]sumsi publik akibat kelalaiannya dalam mengunggah foto yang tidak senonoh, entah itu dibajak atau bagaimanapun caranya sehingga foto itu tersebar namun bukan itu yang manjadi fokus tulisan ini, namun adalah perbuatan tersebut yang akhirnya berbagai komentar di lontarkan para netizen, dari yang menasehati sampai membuli, bahkan ada ikut menyebarkannya dengan menambahkan beberapa hastag yang semakin membuat murka para netizen lainnya. 

Pasalnya apa yang di pertontonkan melalui akun FB nya adalah suatu perbuatan yang tidak layak dan tidak patut dilakukan mengingat mereka masih anak-anak yang berada dalam pengawasan orang tua , jangankan mengunggah, melakukannya saja adalah sebuah perbuatan yang tidak boleh dilakukan mengingat umur si N dan laki-laki disampingnya adalah masih sangat jauh dari seluruh pengaturan usia dewasa di dalam Undang-Undang, sehingga atas kasus tersebut menimbulkan suatu pertanyaan !!! siapa yang bertanggung jawab atas hal tersebut?

Sebenarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi, baik proses pendidikan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, bahkan karena faktor kemajuan Teknologi Informasi dan komunikasi yang kita harus akui memang disatu sisi sangatlah membantu kehidupan manusia di era globalisasi ini, yang memang akses internet pada saat ini telah menjadi konsumsi primer publik merujuk pada era ini yaitu era serba instan.
Kasus-kasus seperti ini sudah bisa kita prediksi bahwa adalah akibat dari penyalagunaan teknologi saat ini. Sebenarnya teknologi itu belumlah terlalu penting untuk anak-anak yang belum menginjak usia dewasa, mengapa?, karena perlu kiranya kemampuan berpikir anak itu diasah saat dini tanpa ada campur aduk dari akses internet, apa gunannya lagi jika saat kecil anak sudah dibiasakan dengan akses internet, maka tidak ada guna lagi buku pelajaran, berpikir kritis, serta kemauan untuk menjadi tahu akan berkurang karena dampak dari internet yang serba bisa. Sedikit hal langsung mengakses internet, bukankah itu adalah suatu pembodohan modern ?

Memang bagi banyak orang, akses internet itu sangatlah besar manfaatnya, serta menurut bagi banyak orang tua, bahwa dengan menfasilitasi akses internet untuk anaknya sangatlah membantu anak untuk belajar. Padahal sebenarnya tanpa disadari hal itu adalah suatu hal yang sangat keliru, dengan internet anak akan menjadi malas dalam segala hal , salah satunya malas membuka buku yang terkait dengan pelajarannya, malas mengasah kemampuan berpikirnya. Bahkan sudah menjadi realita masa kini, utamanya dikalangan mahasiswa ketika dalam proses pembelajaran bahkan ujian dengan memanfaatkan om goggel, artinya mereka tidak perlu belajar keras lagi.

Sangatlah berbeda jika anak terbiasa dihidangkan dengan akses internet, entah apa jadinya bangsa ini, tidak ada lagi yang namanya anak yang kutu buku, padahal konon orang-orang yang menjadi sukses dimasa depannya adalah orang yang sejak kecil atau sejak dimasa pendidikannya adalah kutu buku, namun bagaimana jika suatu saat tidak ada lagi yang namanya kutu buku ? apakah akan ada istilah kutu internet ? sangatlah riskan menurut penulis jika pemerintah tidak segera mengambil peran disini.

Dalam ilmu pengetahuan yang di rangkum dalam sebuah buku pelajaran memungkinkan anak untuk fokus dan hanya khusus untuk membuka buku pelajarannya saja dan membaca apa yang menjadi fokus pelajarannya serta mahasiswa yang sesuai di bidang keilmuannya, namun dengan akses internet memang segala hal tersedia tak terkecuali hal-hal yang terkait dengan pelajaran si anak sehingga menjadi alasan para orang tua masa kini untuk menfasilitasi anak dengan akses internet. Namun disatu sisi sangat banyak pula konten-konten negatif yang dapat mempengaruhi psikis anak, kita tahu pernah jadi trending topik pemberitaan saat terjadi penculikan anak dibawah umur akibat dari kenalan, lewat fb, berlanjut dengan chatingan hingga ketemuan yang pada akhirnya berujung penculikan. Ada juga akses yang berbau pornografi yang pernah juga menjadi trending topik pemberitaan dimana seorang pasangan siswa bersetubuh disekolahnya dan di foto teman-temannya. Serta pengaruh-pengaruh negatif dari situs radikal, situs porno, dan lainnya yang dapat mengubah karakter anak menjadi buruk, disamping itu masuknya budaya-budaya barat melalui internet sehingga nilai-nilai yang tertanam di barat memungkinkan anak mengikutinya dengan dasar untuk tampil modern, padahal nilai-nilai itu belum pantas bahkan tidak pantas dikonsumsi.

Apa yang berhubungan dengan pelajaran anak itu tersedia dalam internet. Namun negatifnnya, selain yang disebut di atas banyak konten-konten yang tersaji dalam internet itu yang bersifat universal artinya seluruh masyarakat di dunia ini menggunakan wadah internet yang sama dengan masyarakat indonesia, yang perlu kita perhatikan bahwa budaya Indonesia dan negara lain adalah berbeda, mungkin bagi masyarakat Indonesia dewasa, sedikit banyak telah mampu dan dapat menfilter apa yang pantas dan tidak pantas, dan mana sisi positif dan sisi negatif yang bisa dan tidak bisa di akses maupun di umbar atau di buka engan akses internet, namun mungkinkah bagi anak-anak seperti seusia si N yang usianya masih berada dalam kategori jauh dari usia kedewasaan dapat menfilter mana yang pantas dan tidak pantas.

Sekali lagi sangat disayangkan, kiranya orang tua, pihak sekolah, dan pemerintah dapat membentuk korelasi yang membatasi penggunaan akses internet bagi anak dibawah umur,pemerintah segera merumuskan regulasi mengenai larangan akses internet bagi anak dibawah umur, dan setelah itu orang tua dan pihak sekolah harus bertanggung jawab apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan akibat kelalaian pihak sekolah dan orang tua. Namun terlebih dahulu juga perlu di lakukan sosialisasi yang berkelanjutan oleh pemerintah sehingga menimbulkan kesadaran baik bagi calon orang tua maupun bagi orang tua akan bahaya akses internet bagi anak dibawah umur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun