Mohon tunggu...
TUN SAMUDRA
TUN SAMUDRA Mohon Tunggu... Politisi - Laki-Laki

SAYA MENULIS UNTUK 2 MANFAAT

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Tak Mampu Dirayu, Partai Politik Gunakan Segala Cara!

5 Maret 2016   09:06 Diperbarui: 6 Maret 2016   09:08 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


[caption caption="sumberfoto: monitorday.com"][/caption] Sepertinya wibawa partai politik yang begitu mulia itu akan segera turun tangga, dan sepertinya pula hal yang tidak diinginkan oleh partai-partai politik berpeluang besar terjadi dalam Pilgub di Ibukota Indonesia. Jakarta yang sebentar lagi akan melaksanakan pemilihan Gubernur telah mengundang perhatian khusus masyarakat di seluruh Indonesia bahkan di dunia. Ahok sebentar lagi akan mengukir sejarah baru dalam dunia perpolitikan Indonesia yang secara bersamaan ternyata hingga saat ini masih membuat para politisi dan para petugas-petugas partai mengalami kepanikan yang luar biasa, bahkan barangkali tidak bisa tidur semalaman memikirkan problematika ini.

Berbagai cara dilakukan untuk menjegal rencana Ahok untuk maju Pilgub tanpa usungan partai politik karena berkaitan dengan kewibawaan partai politik tersebut dan bahkan lucunya sebagai wujud kefrustasian telah ada partai yang berencana mengusung sepasang artis hanya demi untuk meredam Ahok. Karena diyakininya untuk mengalahkan Ahok dalam pilkada DKI sudah tepat kiranya mengusung publik figur, padahal bagi masyarakat itu semua adalah lelucon sebagai bentuk kefrustasian partai politik atas popularitas Ahok. 

Juga beberapa waktu yang lalu publik sempat  dihebohkan dengan 760 ribu formulir dukungan plus foto kopi KTP yang sudah dikumpulkan teman Ahok namun tidak bisa digunakan karena bertentangan dengan Undang-Undang, pertanyaannya apakah hal itu akan menghanyutkan niat Ahok yang selama ini optimis akan maju dengan jalur Independen ? jawabannya tidak, Pilgub Jakarta masih setahun lagi, Ahok bisa segera menentukan wakil dan segera mengumpulkan ulang dukungan plus foto kopi KTP dari masyarakat Jakarta, itu bukan masalah, mengingat Elektabilitas Ahok sangat tinggi serta antusias masyarakat kota Jakarta yang sebagaian besar memang menyukai kinerja Ahok ditambah pula semangat juang dari “Teman Ahok” memungkinkan Ahok akan tetap maju dengan jalur Independen tanpa hambatan yang begitu berarti. Asalkan Ahok tetap Konsisten dan menjaga Integritasnya maju Pilgub tanpa dukungan Partai Politik.

Bahkan Yusril Ihza Mahendra dan Prabowo Subianto yang kita ketahui sebagai sesama ketua partai politik pun diisukan akan menjadi konsestan Pilkada DKI sebagai lawan Ahok, sehingga hal itu menunjukan bahwa begitu paniknya partai politik atas popularitas Ahok yang berada di atas angin. Sebagai respon dalam upaya penyelamatan wibawa partai politik, apa jadinya jika Ahok berhasil memenangkan Pilkada DKI tanpa diusung satu partai pun. Sangat memilukan dan sebuah kekonyolan dalam sejarah partai politik Indonesia.

Kita selama ini ketahui, bahwa apabila Pilkada akan digelar, maka para calon atau figur yang merasa diri potensial dan bermaksud untuk mencalonkan diri, itu akan berusaha melakukan upaya konsolidasi dengan semaksimal mungkin, bahkan tidak dipungkiri lagi dan telah menjadi rahasia umum adanya aroma dengan istilah “beli pintu” kepada suatu partai politik sehingga dalam kondisi seperti itu partai politik begitu sangat mulia dan mempunyai wibawa besar serta derajat yang tinggi dimata para figur yang ingin mencalonkan sebagai kepala daerah. Tentu hal tersebut membuat partai-partai politik memiliki posisi tawar tinggi.

Namun untuk seorang Ahok, semua itu tidak berlaku, tanpa partai Ahok diyakini akan tetap mendominasi suara mayoritas di Jakarta, masalahnya para masyarakat yang bertindak sebagai pemilih atau yang memiliki hak suara itu tidak peduli dengan partai politik, kemudian Ahok pun telah menyatakan sikap untuk melalui jalur independen, namun bahkan partai-partai besar pun sampai menawarkan jasa agar mengusung Ahok dalam Pilkada DKI, namun sekali lagi Ahok mempunyai pertimbangan dan sepertinya lebih menghargai jerih payah “Teman Ahok”, atau lebih memilih menggunakan jalur independen dengan kata lain menolak pinangan partai-partai politik yang menawarnya untuk diusung. Suatu keuntungan besar bagi partai politik jika bisa digunakan oleh Ahok. Namun bagi Ahok itu tidak terlalu penting karena menurutnya dengan memenangkan Pilgub tanpa dukungan partai politik diyakini akan memuluskan jalan Ahok dalam pengabdiannya kepada masyarakat Jakarta.

Ternyata hal itu adalah karena partai politik itu sendiri mempunyai keyakinan begitu besar atas dominasi Ahok dalam mendapatkan suara mayoritas dalam pilkada DKI, sehingga sampai-sampai melamar kepada Ahok agar Ahok bisa di usung oleh partai tersebut, tentu hal ini telah mengindikasikan ketakukan mereka yang berada dalam struktur kelengkapan partai, politisi, maupun pimpinan partai politik, ketakutan tersebut akan selalu menghantui mereka, karena dampaknya akan sangat luar biasa, yaitu jika sampai Ahok dapat memenangkan pilkada tanpa jalur partai politik maka akan menjatuhkan wibawa partai politik.

Kemudian hal ini akan menjadi pembelajaran bagi masyarakat di daerah lain, bahwa partai politik tidak mutlak dalam pilkada, dengan berkiblat dengan gebrakan Ahok. Sehingga kedepannya bukan lagi seorang figur yang melamar terhadap partai namun yang akan terjadi adalah sebaliknya dimana partai politik yang mengemis kepada seorang figur untuk menggunakan jasa partai tersebut. 

Saat ini tidak menutup kemungkinan bahwa banyak oknum-oknum yang mencari cara untuk menjegal Ahok dari gebrakan barunya ini, mulai dari melakukan lobi politik kepada Ahok hingga berusaha mencari celah di dalam Undang-Undang yang bermaksud untuk menjegal Ahok dalam menjalankan gebrakan barunya itu, karena jika sampai Ahok berhasil dalam gebrakannya ini, adalah suatu malapetaka bagi Partai Politik di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun