Mohon tunggu...
TUN SAMUDRA
TUN SAMUDRA Mohon Tunggu... Politisi - Laki-Laki

SAYA MENULIS UNTUK 2 MANFAAT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KPK Akan Bubar?

11 Februari 2017   12:15 Diperbarui: 11 Februari 2017   12:37 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, corruption by political interest (korupsi untuk kepentingan politik) korupsi yang dilakukan karena hasrat yang begitu besar untuk memperoleh kedudukan politik, seperti ingin jadi Bupati, walikota, Gubernur, Anggota DPR dll. karena untuk memenangkan Pemilukada, Pilcaleg, bahkan Pilkades dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

Dari ketiga jenis Korupsi yang telah di uraikan di atas, jenis Korupsi yang pertama sepertinya masih dapat kita maklumi  karena sebagaian besar dilakukan oleh sebagian masyarakat yang disamping karena kurangnya jenjang pendidikan yang mereka lalui juga memang adanya desakan ekonomi. Yang membuat mereka mau tidak mau mesti menerima uang suap itu.

Korupsi yang kedua terlebih yang ketiga sebenarnya adalah hal yang sangat  miris dan tidak lazim dilakukan karena korupsi itu dilakukan karena keserakahan, sudah berlimpah harta yang dimiliki namun terus-terusan melakukan korupsi.

Kemudian jenis Korupsi yang ketiga adalah korupsi yang lebih tidak lazim dilakukan. Amanah yang baik adalah amanah yang diberikan oleh rakyat secara ikhlas tanpa paksaan.  Korupsi political interest adalah korupsi yang dilakukan untuk merampas amanah dari rakyat dengan motivasi keserakahan.

Amanah rakyat adalah suatu yang Suci karena nantinya siapapun yang mengembannya secara automaticelly mempunyai tanggung jawab besar dan mulia yang erat hubungannya dengan kemasylahatan orang banyak. Bagaimana mungkin amanah tersebut diberikan kepada orang yang mendapatkan jabatan dengan cara tidak lazim (political interest). Sementara yang akan dilakukan setelah terpilih adalah melayani rakyat dengan semaksimal mungkin.  Mungkinkah seorang yang mendapatkan amanah dengan cara tidak sehat dapat mensejahterakan rakyat, sepertinya perlu di uji dulu, karena biasanya pemimpin seperti itu akan terjebak dan akan kewalahan karena janji-janjinya tidak bisa dia tepati karena nantinya ketika terpilih, ia hanya akan sibuk untuk membagi-bagikan kursi/jabatan/uang negara kepada para pengikut-pengikutnya. Dan kemudian Corruption by political interest akan berlanjut terus menerus setiap akan memasuki fase Pemilihan umum.

Perlunya memaksimalkan sistem pendidikan yang telah ada 

Sistem pendidikan sejak dini sangat berperan penting, banyak Politisi kita yang cerdas-cerdas tapi ujung-ujungnya dipakaikan rompi orange ala KPK, kasian dengan kecerdasan itu, padahal pemikiran-pemikiran mereka apabila di pergunakan dengan semestinya akan membantu memajukan Negara ini. Hidup ini memang penuh dilematis, seperti dalam kehidupan sehari hari, kita sering menemukan laki-laki setia kepada pasangan tapi kurang tampan, sebalikya laki-laki tampan namun tak setia kepada pasangan. Sama halnya dengan aparatur Negara, kadang-kadang ada seorang pemangku jabatan yang tidak kompeten namun jujur dan tidak korupsi, sebaliknya ada pemnagku jabatan yang mempunyai pemikiran brilian, namun sebelum atau setelah sukses membangun daerah malah menjadi tawanan KPK.

Oleh sebab itu kita yang merupakan orang tua dari anak-anak kita, kakak dari adik-adik kita, teman yang baik bagi teman-teman kita, mesti menyadari bahwa Pendidikan tanpa moral adalah keserakahan yang akan merugikan orang lain dan diri kita sendiri. Untuk itu, mari kita suarakan bersama agar para wakil rakyat, pemimpin kita di daerah untuk menyuarakan kepada pemerintah pusat agar supaya memaksimalkan system pendidikan yang telah ada di Indonesia. Agar generasi penerus bangsa Indonesia menjadi generasi yang bermoral dan berpendidikan, jika kedua hal itu sudah tertanam di dalam diri seseorang sejak kanak-kanak niscaya tidak ada lagi Kasus Hambalang, kasus Simulator SIM, Kasus Korupsi alquran, Kasus Kuota Impor Daging Sapi, dan OTT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun