Mohon tunggu...
TUN SAMUDRA
TUN SAMUDRA Mohon Tunggu... Politisi - Laki-Laki

SAYA MENULIS UNTUK 2 MANFAAT

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Selamat Datang di Era Kemunduran Demokrasi Indonesia (Kajian Perbandingan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup dengan Proporsional Terbuka)

5 Februari 2016   08:32 Diperbarui: 5 Februari 2016   09:43 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sumber: life.viva.co.id"]

[/caption]

Pesta Demokrasi selalu menjadi hal yang di tunggu-tunggu masyarakat Indonesia, jika Pemilu tiba masyarakat akan sibuk dengan pilihannya, entah mengkampanyekan pilihannya maupun menaruh harapan agar suatu ketika pilihannya itu terpilih maka harapnya nasibnya akan menjadi lebih baik. Dengan turut serta dalam demokrasi maka berarti kita peduli dengan bangsa ini, kita peduli dengan bangsa ini sama halnya dengan kita peduli terhadap sesama. Kata orang Politik itu kotor, yah memang kotor jika Hukum di jadikan alat untuk mengedepankan ambisi dengan instrumen politik, yang memang istilah itu adalah sebuah Fakta mampukah rakyat sejahtera dengan proporsional tertutup yang dimana rakyat dihidangkan figur yang bukan pilihannya, melainkan pilihan partai yang katanya kompetensi untuk menjadi wakil rakyat telah terjamin Kapabilitasnya, sedangkan partai adalah suatu yang Fictie namun mempunyai elemen – elemen yang telah terkenal dengan istilah petugas partai. Jadi yang menentukan pilihan rakyat adalah petugas partai. Dan pertanyaanya maukah rakyat memilih wakilnya yang dipilihkan oleh petugas partai ?
Kita bukannya curiga dengan partai politik, namun kami mempunyai hak yang di lindungi oleh Undang – Undang Dasar walaupun hak itu bisa saja di cabut oleh yang terhormat disana sehingga kami tidak bisa berbuat apa-apa, dan pada dasarnya kami sadar di dalam suatu negara dikenal 2 kaum, yaitu kaum pemerintah dan Rakyat Biasa, kami sadar kami hanya rakyat Biasa, sangatlah hina bagi kami untuk memperjuangkan nasib kami sendiri agar menjadi lebih baik, kami percaya bahwa apabila figur yang kami percayai masuk ke legislatif maka akan timbul suatu kewajiban, namun gampang kok, kembalikan saja proporsional tertutup agar kami tak bisa berbuat apa-apa, namun kami akan melawan dengan demonstrasi, tapi tidak perlu dipusingkan, kerahkan saja aparat keamanan, kami mungkin takut.

Dan kami tahu Dalam Proporsional terbuka tak sedikit seorang figur yang terpilih akan kembali ke konstituennya, dan kami pun tahu bahwa itu lebih baik dari pada tidak ada yang peduli sama sekali, dalam proporsional terbuka akan terwujud Demokrasi yang sesunguhnya dari pada kedaulatan rakyat yang tercampakan, dalam proporsional terbuka siapapun bisa turut serta untuk dipilih dan terpilih, itu sangat lebih baik daripada hanya segelintir orang yang setia kawan terhadap partai saja yang bisa terpilih. Kami tidak tau apakah pilihan partai akan merasa bertanggungjawab terhadap kami, yang pastinya kami generasi muda tidak akan bisa berkembang dengan dihidangkannya Proporsional tertutup.
Negara Indonesia adalah negara demokrasi, demokrasi Proporsional Terbuka memang ada sisi negatifnya, yaitu membutuhkan anggaran yang lebih besar di banding sistem proporsinal tertutup, namun itu sudah menjadi resiko negara demokrasi terbesar ke 3 setelah Amerika dan India, Indonesia perlu Konsisten, sistem Proporsional tertutup memang berpotensi Subjektif namun yang memilih adalah kami dan itu pilihan kami, proporsional terbuka potensinya lebih besar karena yang menentukan adalah partai, dan kami tidak tahu asal usul wakil rakyat kami, dan kami yakin itu tidak begitu baik dibanding pilhan kami, percayalah pikiran kami sudah matang, kami telah belajar dari kesalahan memilih figur dimasa lalu, kini kami tidak bisa lagi di perbodohi dengan iming-iming money politik, kami telah sadar sekarang. Tolong percayalah.

Kemudian yang menimbulkan pertanyaan apakah Partai dapat menjamin bahwa yang di usungnya untuk menjadi nomor urut 1 (satu) adalah figur yang mempunyai potensi dalam berpolitik, kemampuan Intelektual yang mumpuni, serta Kredibilitas yang baik, dan yang perlu di ingat mampukah dia mendulang suara rakyat, meyakinkan rakyat, jangan sampai yang terjadi malah kehilangan kursi karena figur yang di usung menjai kosong 1 kurang populer di mata masyarakat, dan hal yang sepeti ini banyak terjadi di Daerah Tingkat I dan II. Proporsional tertutup hanya untuk menjaga kualitas Anggota Legislatif Tingkat Pusat sementara Tingkat I dan II tidak terlalu diperhatikan, juga proporsional tertutup ini akan membuat para muda-mudi hak nya untuk dipilih sebagai wakil rakyat pupus, pasalnya yang akan di usung untuk menjadi nomor urut satu maupun dua adalah kader partai yang sudah terbukti loyalitasnya, sedangkan untuk Caleg Eksternal akan ditempatkan nomor urut di bawa dua yang kemungkinan terpilihnya nihil. Dibandingkan dengan proprsional terbuka Kader tulen maupun Eksternal tidak masalah apabila ditempatkan di nomor urut mana saja karena yang menetukan adalah suara terbanyak. Hal ini pelru di perhatikan oleh partai dalam mengusung calonnya. Bukan hanya persoalan Kader yang Lolal, kredibel, dan berpotensi, namun apakah dia mempunyai kemampuan untuk mengambil hati rakyat sehingga dapat memberikan 1 kursi untuk partai di parlemen.

Melihat konstalasi politik saat ini sepertinya potensi untuk Pemilu kedepannya dengan mengganti Proporsional terbuka menjadi proporsional tertutup sangatlah besar kemungkinannya, dengan mengacu oleh pernyataan sikap oleh beberapa partai politik yaitu, PDIP, Golkar, dan PKS, sudah mewakili suara mayoritas di parlemen, namun perlu ada kajian yang lebih mendalam mengenai resufle sistem ini, karena dengan menerapkan sistem pemilu proporsional tertutup kita akan mundur beberapa langkah ke belakang tanpa melangkah lebih jauh kedepan, Indonesia baru 2 kali melaksanakan pemilu dengan proporsional terbuka, proporsional tertutup tidak menjamin kesejahteraan rakyat, rakyat ingin memilih wakilnya untuk memperjuangkan aspirasinya, jangan siapkan kami makanan, biarlah kami memilih sendiri makanan kami, karena persoalan yang sebenarnya bukan tentang meperjuangkan masalah kewenangan partai politik yang dinilai melemah akibat sistem proporsional ini, melainkan ini soal bagaimana kesejahteraan rakyat bisa terwujud, proporsional terbuka artinya rakyat mengetahui dan mempunyai hubungan timbal balik dengan figur pilihannya, proporsional tertutup rakyat tidak tahu siapa yang dia pilih jangan-jangan politikus kelas kakap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun