Mohon tunggu...
K.R. Tumenggung Purbonagoro
K.R. Tumenggung Purbonagoro Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Pengamat dan Suka Menulis Twitter: twitter.com/purbonagoro

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Jakarta, Pengaruh Jokowi Ditenggelamkan oleh Anies Baswedan

5 Desember 2024   11:04 Diperbarui: 5 Desember 2024   11:04 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernyataan Jokowi "Saya, Ridwan Kamil" di sebuah kafe di Jakarta (18/11/2024) seolah menjadi penanda turunnya Jokowi ke gelanggang pertarungan. Tak sekedar endorsement,  pernyataan itu adalah memobilisasi sumberdaya untuk pasangan RIDO (Ridwan Kamil - Suswono). Sudah menjadi rahasia umum, sebelumnya Jokowi turun tangan, pasangan RIDO mengalami kemampetan logistik sehingga tak mampu banyak bergerak. Setelah Jokowi turun langsung maka logistik segera cair dan mesin jalan kenceng.

Namun siapa sangka, hasil quick count dari hampir semua lembaga survei menyebut pasangan Pram-Rano unggul dibandingkan pasangan RIDO. Pramono memperoleh suara sekitar 49-51 persen berdasarkan hasil hitung cepat empat lembaga survei yakni Indikator Politik Indonesia, Charta Politika, Lembaga Survei Indonesia dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).  Sementara suara RIDO berada di angka 39 persen. Margin of error di angka sekitar 1 persen.  Dari hasil ini calon Pram-Rano meraih suara terbanyak dalam Pilgub Jakarta.

Meski didukung oleh banyak partai politik, ternyata pasangan RIDO tak cukup kuat untuk meyakinkan rakyat Jakarta memilih mereka. Para ahli berpendapat, kekalahan pasangan RIDO bukan karena kurangnya logistik melainkan partai-partai pengusung yang tergabung dalam KIM (Koalisi Indonesia Maju) tidak bekerja. 

Banyak sinyalemen mengatakan, dari 12 partai hanya satu partai yang benar-benar bekerja keras yaitu PKS, itupun dalam situasi sudah ditinggalkan banyak kadernya karena kecewa dengan keputusan elit PKS yang meninggalkan Anies Baswedan.

Selain itu, kehadiran RK di Jakarta juga tampaknya seperti 'dipaksakan'. Jakarta bukanlah medan yang tepat bagi RK, yang basis pendukung utamanya di Jawa Barat. Akan tetapi RK "dipaksa" berlaga di Jakarta karena Partai Gerinda (baca: penguasa) berkeinginan kadernya sendiri yang maju di Jabar, yaitu Dedi Mulyadi. Jika RK maju di Jabar, maka Dedi Mulyadi tidak akan menang di Jabar.

 Merasa 'ditendang' ke Jakarta, RK sedia maju di Jakarta tetapi dengan syarat Anies Baswedan tidak boleh maju. Itulah awal ihwal dihambatnya Anies Baswedan mencalonkan dalam Pilkada Jakarta 2024.

Sisi yang lain, pasangan RIDO juga tidak mampu menawarkan pola kampanye dan janji program yang menarik buat masyarakat. Pasangan RIDO malah tak jarang menawarkan program yang tak masuk akal dan malah bikin blunder. 

Program-program seperti mobil curhat, giant sea wall, mengubah tawuran jadi festival, dan program santunan janda adalah contoh-contoh janji politik yang bukannya menarik simpati malah membuat blunder dan jadi bahan olok-olokan. Ini semua tentu dikarenakan tim kampanye pasangan RIDO tidak solid.

Di ujung, dukungan dari Jokowi secara terang-terangan turun ke lapangan tak mampu mendongkrak atau setidaknya menyelamatkan. Alih-alih menyelamatkan, turun tangannya Jokowi justru mempermalukan dirinya karena kekalahan telak itu justru pasca diri terlibat dan turun ke gelanggang. Masyarakat Jakarta sesungguhnya sudah punya kesadaran tinggi, bahwa tindakan Jokowi selama ini memang telah melewati batas-batas etika politik dan demokrasi.

Sesungguhnya, kekalahan tersebut semakin mempermalukan Jokowi karena Anies Baswedan yang awalnya masih belum bersikap menjadi terang-terangan mendukung pasangan Pram-Rano pasca Jokowi turun langsung berkampanye untuk RIDO. Anies seperti anti-tesisnya Jokowi. 

Bagi masyarakat Jakarta, Jokowi saat menjadi Gubernur Jakara adalah sosok yang penuh pencitraan dan gimmick, sementara Anies dianggap sebagai mantan Gubernur  yang bisa bekerja dengan kongkret dan membela langsung rakyat kecil. Oleh karena itu, munculnya sosok Anies membuat masyarakat Jakarta yang awalnya masih bingung harus memilih siapa akhirnya berbondong-bondong memilih paslon Pram-Rano.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun