Oleh KRT Purbonagoro (Pengamat Sosial, Politik dan Budaya)
Masih bingung dengan para buzzer yang menganggap level mayoritas berfikir masyarakat Indonesia dibawah standar. Mereka (buzzer) menganggap mayoritas kita tidak butuh Presiden dan Wakil Presiden yang cerdas. Cukup pas-pasan dalam ngomong dan lebih penting joget-jogetan.
Padahal Negara Indonesia didirikan oleh kaum terpelajar level dunia. Kaum terpelajar seperti H. Ir. Soekarno adalah lulusan ITB yang jago publik speaking, H. Drs. Muhammad Hatta ilmuan ekonom jago diplomasi, Tan Malaka, Bung Syahrin, H. Agus Salim, H. Abdurahman Baswedan dan lainnya mereka memiliki kemampuan public speaking level dunia dan tidak memalukun bangsa ini saat di forum dunia.
Para kaum intelektual yang mendirikan Bangsa ini, mereka pemimpin di Indonesia dan menjadi rujukan regional dari Asia sampai Afrika. Retoris-retoris ulung bukan hanya dengan Bahasa Indonesia yang sistimatis, tertata rapih dengan gestur tubuh yang apik tetapi juga menguasai Bahasa Asing seperti Inggris dan Belanda. Pada forum level dunia Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tampak berwibawa tanpa menggunakan penerjemahan.
Dari tampilan debat pertama pada Selasa, 12 Desember 2023, hanya Mas Anies yang memiliki public speaking terbaik. Selain gestur yang menguatkan speaking Mas Anies hal yang sangat penting dalam debat Calon Presiden yakni rekam jejak kepimpinan Mas Anies. Narasi terbaik seorang Calon Presiden selalu dicontohkan dengan rekam jejak dan itu yang dilakukan Mas Anies saat debat pertama.
Prabowo Subianto bertanya tentang perlindungan terhadap kelompok minoritas. Jawaban Mas Anies selain artikulasi yang baik dikuatkan dengan rekam jejak Mas Anies lima tahun memimpin Jakarta. Ada banyak Masjid, Gereja dan Vihara yang diberikan izin Mas Anies saat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Terdapat tiga point yang saya catat dalam debat Calon Presiden nomor 1 Mas Anies Rasyid Baswedan. Pertama, ketikaKita beri contoh Masjid at-Tabayyun di Taman Villa Meruya, Jakarta Barat. Gereja Katholik Damai Kristus di Duri Selatan, Jakarta Barat dan Vihara Hindu Tamil di Kalideres, Jakarta Barat. Ketiga bangunan tempat ibadah ini Masjid at-Tabayyun, Gereja Katholik Damai Kristus dan Vihara Hindu Tamil lebih dari 40 tahun tidak mendapatkan izin dan ketika Mas Anies menjabat Gubernur izin itu diberikan, tentuanya juga dengan kemampuan diplomasi public speaking level dunia. Ada puluhan tempat ibadah yang diberikan bahkan Mas Anies tercatat sebagai Gubernur Jakarta yang banyak memberikan izin pendirian tempat ibadah.
Dalam debat Mas Anies belum juga menjelaskan izin yang diberikannya untuk peringatan Tahun Baru Islam di Jl. Seodirman-Thamrin, perayaan Crismes Carol pada beberapa spot strategis di Jakarta, perayaan Telur Paskah di Lapangan Banten, perayaan Litle India di Pasar Baru. Dan juga pemberian dana operasional bagi seluruh Guru agama dan pengurus tempat Ibadah.
Kedua, ketika moderator mengajukan pertanyaan penangan Korupsi. Mas Anies menjawab komitmen penegakan tindak pidana kejahatan korupsi serta menempatkan etika pagi para petinggi KPK. Mas Anies juga dikuatkan dengan rekam jejaknya lima tahun Gubernur Jakarta dengan membentuk KPK DKI Jakarta yang diketuanya eks pimpinan KPK, Bambang Widjojanto. Selama lima tahun menjabat Gubernur DKI Jakarta, Mas Anies juga mencapai laporan keuangan terbaik lima tahun berturut-turut dari BPK. Capaian yang tidak pernah dicapai oleh Gubernur Jokowi, Ahok dan Djarot.
Ketiga, ketika ditanya terkait penangan polusi Jakarta. Mas Anies menjawab dengan kebijakan memasang deteksi kualitas udara Jakarta. Deteksi yang dapat mebaca kualitas udara Jakarta itu menangkap angin yang berhembus radius 100 km itu dating dari pembakaran di luar Jakarta. Mas Anies menganalogikan angin tidak ber-KTP seperti manusia sehingga kualitas udara Jakarta kadang baik dan kadang buruk sesuai dengan arah hembusan angin.