Mohon tunggu...
K.R. Tumenggung Purbonagoro
K.R. Tumenggung Purbonagoro Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Pengamat dan Suka Menulis Twitter: twitter.com/purbonagoro

Selanjutnya

Tutup

Trip

Semalam di Pulau Sabira

3 Mei 2021   16:01 Diperbarui: 3 Mei 2021   16:15 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Iskandar, kerja sehari-hari sebagai PJLP Satpol PP Kelurahan. Bukan lulusan sebuah perguruan Islam bonafid. Bukan pula juara qori lokal maupun nasional. Tapi keindahan suara saat membaca quran memukau jamaah tarawih Masjid Nurul Bahri, Pulau Sabira malam itu. Salah satu yang menjadi makmumnya adalah adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Ia juga membawa jajarannya: Sekda Provinsi DKI Marullah Matali, Bupati Kepulauan Seribu Junaidi, serta jajaran eselon dua dan tentunya masyarakat setempat. Anies sempat menyampaikan keterpukaunnya terhadap kemampuan Islandar dalam melantunkan ayat-ayat suci Alquran.

Gubernur Anies sepertinya memang memang punga ikatan emosional khusus dengan masayarakat Pulau Sebira. Di pertengahan Ramadhan ini (19 Ramadhan 1442H) Anies datang bermalam bersama istrinya. Tempat menginapnya bahkan bukan di tempat penginapan khusus, melainkan di rumah ketua RW setempat. Ia datang bukan sekedar mengunjungi hasil-hasil proyek pembangunan pemerintah DKI di Pulau Sabira, tetapi juga bercengkrama dan ikut sholat tarawih di Masjid setempat.

Selesai tarawih, Anies secara khusus menyapa dan memuji keindahan suara Iskandar. Bupati Kepulauan Seribu Junaidi sempat menyampaikan dengan penuh kebanggaan bahwa Iskandar adalah contoh pemuda Kepulauan Seribu yang memiliki kemampuan lebih dalam melantunkan Quran. Bupati Junaidi termasuk yang getol menyarankan agar Iskandar mau mengikuti kompetisi-kompetisi tilawatil quran yang ada. Tapi dasarnya memang dia low profile, menjawab tawaran-tawaran itu dengan biasa saja.

Tapi memang Iskandar ingin dianggap sebagai anak muda biasa-biasanya saja, sebagaimana anak pulau pada umumnya. Sementara kemampuan qori-nya biarlah menjadi intan terpendam saja. Bagi remaja pulau, bekerja menjadi PJLP adalah sebuah capaian. Ini dianggap jauh lebih mending dibandingkan menjadi nelayan. Meskipun belum tentu lebih tinggi penghasilannya dari nelayan, tetapi Setidaknya ada penghasilan tetap bulanan. Gaji UMR DKI untuk hidup di pulau sudah dianggap cukup. Jika mau lebih, bisa berdagang, dan atau merantau ke daratan.

"Kini makin sedikit anak muda yang memilih nelayan sebagai profesi", kata salah seorang warga. Mereka lebih suka bekerja di sektor lain yang lebih memberikan kepastian dan penghasilannya bisa lebih banyak. Bukan berarti tak ada yang memilih menjadi nelayan, nelayan bukan satu-satunya pilihan profesi untuk penghidupan di Pulau. Banyak alternatif profesi yang memberikan penghidupan layak bagi warga Pulau Sebira.

Pulau Sabira memang pulau terluar di DKI Jakarta. Jarak kilometernya lebih dari 150 km dari daratan Jakarta. Letak Pulau itu bahkan lebih dekat ke Lampung dari pada ke daratan Jakarta. Dulu perlu waktu 5-7 jam untuk mencapai pulau itu dari daratan Jakarta. Tapi itu dulu, waktu alat transportasi-nya masih belum semaju sekarang. Tapi kini, semenjak Gubernur Anies Baswean, hanya perlu waktu 2-2,5 jam untuk perjalanan dari Jakarta daratan menuju Pulau Sabira.

Soal perahu cepat itu memang janji politik Anies Baswedan. Makanya begitu menjabat, melalui Dinas Perhubungan disediakanlah perahu cepat dengan tarif terjangkau. Dampaknya luar biasa: akses dari dan ke daratan menjadi setara dengan wilayah lainnya di Jakarta. Impactnya, peningkatan kesejahteraan warga Pulau.

Jangan dibayangkan kehidupan yang penuh kemiskinan di Pulau Sabira. Yang ada, rumah-rumah tampak di atas standar, ekonomi berjalan lancar, warga mengekspresikan senyum yang lebar. Mereka bahkan mengganti nama Sebira menjadi Sabira, singakatan dari kata: sabar dan gembira.

Rumah Panggung Bugis, Rumah Tradisional Masyarakat Sabira (Dokumentasi Penulis 30/4/2021)
Rumah Panggung Bugis, Rumah Tradisional Masyarakat Sabira (Dokumentasi Penulis 30/4/2021)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun